Mie Pangsit Pojok Bromo, Terkenal Enaknya Sejak 1984
VIVA – Malang terkenal dengan kota apel untuk industri agrowisatanya. Populer juga sebagai sentra tempe di sektor usaha kecil menengah. Selain itu, Malang juga familiar dengan beragam kuliner yang ngetop lezatnya, misalnya saja Bakso Malang.
Tapi ada menu kuliner lain yang tak kalah ngetop selain bakso Malang, yaitu Pangsit Mie Pojok Bromo, yang ada di Jalan Pattimura Klojen, Kota Malang. Letaknya di tengah kota, mudah dijangkau oleh wisatawan maupun masyarakat setempat
"Awalnya di Jalan Bromo, yang jualan orangtua dari Nyonya Linawati. Kemudian diteruskan oleh Nyonya Linawati dan Pak Widodo sebagai generasi kedua. Jualan mulai dari gerobak hingga lapak di Jalan Bromo," kata Toni Bambang Haryanto, Kepala Depot Pangsit Mie Pojok Bromo pada VIVA, Rabu, 14 Maret 2018.
Sejak tahun 1990 akibat lapak jualan dibangun oleh pemilik bangunan, Pangsit Mie Bromo pindah ke Jalan Pattimura. Ciri khas yang tetap dijaga oleh pengelola Pangsit Mie Bromo selama 34 tahun berjualan adalah cita rasa.
Pangsit Mie Pojok Bromo menyuguhkan rasa yang sedap dan enak di lidah. Bahan baku pangsit mie semua dibuat alami tanpa bahan pengawet. Pengelolanya menjamin kuliner yang dijualnya seratus persen halal tanpa mengandung babi.
"Mungkin dari rasa yang beda dengan lainnya. Yang membuat beda mulai dari bumbu dan mi membuat sendiri dan dijamin halal 100 persen tidak ada unsur babi dan bahan kimia," ujar Toni.
Mie Pangsit Pojok Bromo menjadi kuliner yang wajib dicoba saat berkunjung ke Malang. Pengunjung luar kota didominasi dari Jakarta dan Surabaya, yang sebagian besar sedang berlibur di wilayah Malang.
"Yang tetap kita jaga bahan semua bikin sendiri, mi bikin sendiri paling lama dua hari karena tidak memiliki bahan pengawet. Selain pangsit mi biasa dan istimewa juga ada varian jamur dan udang yang paling laris," ucap Toni.
Toni bercerita ada penurunan jumlah penjualan dalam empat tahun terakhir. Di era awal tahun 2000-an hingga empat tahun terakhir Mie Pangsit Bromo memasuki era keemasan. Setiap hari menghabiskan 50 kilogram mi. Namun empat tahun terakhir menurun hingga 20 kilogram mi.
"Ada penurunan karena sekarang banyak kuliner baru bermunculan. Terutama mi yang menawarkan rasa pedas. Saat ini hari biasa mampu menjual di bawah 300 porsi, kalau saat liburan diatas 300 porsi," ujar Toni.
Selain menjual mi pangsit, depot ini juga menjual es artistik, es serut yang menggunakan teknik giling tradisional. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp15 ribu hingga Rp25 ribu tergantung jenis mi pangsit yang dipesan.
"Banyak yang bertanya apakah ini halal? Saya jawab saya jamin 100 persen halal. Kalau tidak percaya boleh diambil contoh dan dibawa ke laboratorium. Jika terbukti ada kandungan babi atau bahan kimia toko akan ditutup, dan akan kita beri kompensasi sesuai permintaan pengunjung." (mus)