Sensasi Tak Biasa Menyeruput Kopi dengan Gelas Terbalik

Kopi Khop.
Sumber :
  • VIVA/Dani Randi (Aceh)

VIVA – Budaya ngopi sudah mereka pada sebagian masyarakat Indonesia. Variasi penyajian kopi pun sudah berkembang, mulai dari tradisional hingga ke premium dengan menggunakan alat khusus penghalus biji kopi.

Dari Skincare hingga Pupuk, Ini 9 Cara Memanfaatkan Ampas Kopi

Seperti di Aceh, salah satu daerah penghasil kopi ini juga terus mengembangkan variasi penyajian kopi, dari kopi yang dahulunya hanya dikenal kopi hitam dengan rasa pahit yang melekat, kini mulai menemukan sajian rasa dan warna.

Seperti penyajian melalui manual brewing dengan aneka rasa buah, kopi sanger dan sebagainya. Bahkan cara minumnya pun punya cara yang berbeda dengan lainnya, seperti kopi khop, yang cara meminumnya dengan sedotan dan gelas terbalik.

Ekspor Kopi Manggarai Timur dalam Bayang-bayang Anti Deforestasi Uni Eropa

Kopi khop sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kopi-kopi lainnya yang ada di Aceh. Kopi ini juga hampir sama dengan kopi tubruk yang ampas kopi menyatu dalam kopi tanpa disaring.

Kopi ini bisa diminum sambil mengangkat piringnya, bisa juga diminum melalui sedotan. Caranya ditiup terlebih dahulu sehingga cairan kopi merembes keluar gelas. Kopi dengan sajian ini dikenal dengan nama kupi khop atau dalam bahasa Indonesia berarti kopi tertelungkup.

Secangkir Kopi Merawat Hutan dan Mata Air di Manggarai Timur

Kopi khop berasal dari Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat. Konon cara penyajian kopi tersebut terilhami dari model topi yang menjadi trade mark pahlawan nasional yang berasal dari daerah setempat yaitu Teuku Umar. Penyajian kopi itu telah ada sejak zaman penjajah atau pada saat Teuku Umar bergerilya.

Dari perjalanannya, ada juga yang menyebutkan bahwa kopi khop ini bermula dari kebiasaan masyarakat di wilayah pesisisr Aceh Barat yang hendak minum kopi tapi dalam waktu yang lama. Hanya sekali seruput, lalu kopinya ditinggal untuk pergi bekerja ke laut.

“Makanya ditelungkupkan, agar kopi tetap hangat dan tidak tercemar debu dan kotoran. Jadi saat si pemesan kopi tadi kembali setelah bekerja di laut, mereka masih bisa menikmati kopinya lagi,” sebut Yudi, seorang bartender kopi khop yang dijumpai di warung kopi Tubruk Arabica di kawasan Batoh, Banda Aceh, Aceh, Selasa, 23 Januari 2018.

Namun, persebaran kopi ini juga sudah mulai merata ke penjuru Aceh. Yudi menjelaskan, cara penyajian kopi khop ini sangat mudah. Hanya dibutuhkan kecepatan untuk membalikkan gelas ke dalam piring kecil. “Habis diaduk terus dibalik, simple aja. Proses pembuatannya hanya tiga menit,” katanya.

Seni dalam menikmati kopi khop, kata Yudi, hanya pada saat menyeruput melalui sedotan. Jika baru pertama kali, pasti akan kesulitan. Apalagi kopi yang disajikan cukup panas. Ada teknik sendiri agar peminum dapat menyeruputnya melalui sedotan.

Hal itu juga dirasakan oleh Zuhri, salah seorang pengunjung. Ia sempat kewalahan untuk bisa menyeruput kopi khop. “Awalnya agak susah karena tertahan sama ampas kopi. Ternyata harus ditiup dulu. Setelah merembes, lalu diminum,” ucapnya.

Harga segelas kopi khop di Banda Aceh berkisar Rp8 ribu. Untuk menemukan warung kopinya pun tidak terlalu sulit. Warkop Tubruk Arabika berada di pinggir Jalan AMD di kawasan Batoh, Banda Aceh.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya