Ilmuwan Kembangkan Bahan Pasta Gigi untuk Obat Malaria
- Pixabay
VIVA – Riset yang sebagian dilakukan oleh robot ilmuwan dengan kecerdasan buatan (artificial intelligent atau AI) menemukan bahwa bahan yang biasa digunakan dalam pasta gigi bisa dikembangkan untuk menjadi obat malaria.
Dalam sebuah studi yang dimuat di jurnal Scientific Reports, para ilmuwan dari Cambridge University Inggris yang menggunakan robot AI untuk melakukan high throughput screening, mengatakan bahwa bahan triclosan menunjukkan potensi untuk menginterupsi infeksi malaria pada dua tahap kritis, di hati dan darah.
Malaria menyebabkan kematian setengah juta orang setiap tahunnya, sebagian besar menimpa anak-anak di wilayah paling miskin di Afrika. Penyakit ini bisa diobati dengan sejumlah obat-obatan, tapi resistensi terhadap pengobatan ini terus meningkat, sehingga meningkatkan pula risiko penyakit ini tak bisa diobati di masa mendatang.
Karena itu, pencarian obat baru menjadi sangat darurat, kata Steve Oliver dari Departemen Biokimia Cambridge University, yang menjadi rekan pemimpin penelitian bersama Elizabeth Bilsland.
Dilansir dari laman Reuters, setelah dipindahkan ke inang baru lewat gigitan nyamuk, parasit malaria mencari jalan masuk ke dalam hati, di mana mereka mematangkan diri dan bereproduksi. Mereka kemudian masuk ke dalam sel darah merah, berlipat ganda, dan menyebar ke seluruh tubuh, menyebabkan demam dan komplikasi yang mengancam nyawa.
Para ilmuwan sudah mengetahui untuk beberapa kali, triclosan bisa menghentikan parasit malaria tumbuh pada tahap infeksi darah, dengan menghalangi aksi sebuah enzim yang dikenal dengan enoyl reductase (ENR), yang juga terlibat dan produksi asam lemak.
Dalam pasta gigi, hal ini membantu mencegah menumpuknya plak bakteri. Dalam riset terakhir ini, tim Bilsland menemukan bahwa triclosan juga menghalangi keseluruhan enzim yang berbeda dari parasit malaria, yang disebut dengan DHFR.
DHFR merupakan target dari antimalarial pyrimethamine, sebuah obat yang semakin meningkat resistensinya terhadap parasit malaria, khususnya di Afrika. Hasil kerja tim Cambridge menunjukkan bahwa triclosan mampu menargetkan dan bertindak pada enzim ini bahkan para parasit yang resisten pyrimethamine.
"Penemuan dari kolega robot kami bahwa triclosan efektif melawan target malaria menawarkan harapan yang mungkin bisa digunakan untuk mengembangkan obat baru," ujar Bilsland.
Dia melanjutkan bahwa ini merupakan senyawa aman, dan kemampuannya menargetkan dua poin dalam siklus kehidupan parasit malaria berarti parasit ini akan kesulitan untuk memgembangkan resistensi. Robot ilmuwan AI yang digunakan dalam studi, yang diberi nama Eve, didesain untuk mengotomatiskan dan mempercepat proses penemuan obat.
Robot tersebut melakukannya dengan cara secara otomatis membangun dan menguji hipotesis untuk menjelaskan observasi, melakukan eksperimen menggunakan robotik laboratorium, mengintepretasi hasil, mengubah hipotesisi, dan kemudian mengulang siklusnya.