Diet Keto yang Salah Picu Stroke dan Sakit Jantung
- Pixabay
VIVA – Diet keto sempat menjadi tren yang menarik banyak orang untuk mencobanya. Diet ini diklaim bisa menurunkan berat badan dengan drastis.
Spesialis gizi klinik dari RS Pondok Indah Bintaro, dr. Diana F. Suganda, SpGK mengatakan, diet keto sangat sedikit konsumsi karbohidrat, sehingga membuat tubuh harus mencari sumber energi lain.
"Yang dipakai adalah sumber dari lemak. Lemak hati dipecah sebagai sumber energi," kata Diana saat diskusi media di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu, 17 Januari 2018.
Untuk mendapatkan energi dari karbohidrat, tubuh akan mengeluarkan insulin. Namun, dalam diet keto, tidak ada glukosa sebagai sumber insulin sehingga tubuh memakan lemak sebagai cadangan.
Karena penggunaan lemak sebagai sumber energi ini, diet keto diklaim bisa membuat penurunan lemak menjadi lebih cepat.
Tapi, cadangan lemak yang dipecah ini akan mengalir dalam darah, dan pada pemeriksaan laboratorium diketahui profil lipid, kolesterol, HDL, LDL, dan trigliseridanya dalam angka yang mengkhawatirkan.
"Dalam jangka panjang ini akan berefek buruk pada pembuluh darah. Risiko jantung koroner meningkat, apalagi kalau di keluarganya ada riwayat stroke atau serangan jantung," lanjut Diana.
Hal ini disebabkan adanya pemahaman yang salah pada para pelaku diet keto. Pada awalnya, mereka mungkin mengonsumsi lemak sehat yang didapat dari alpukat, kacang-kacangan, atau minyak kelapa murni.
Tapi, karena mereka berpikir hanya mengonsumsi lemak maka semua jenis makanan berlemak disantap.
"Semua masaknya digoreng, makanan berkuah santan dimakan, akhirnya justru lemak jenuh atau tidak sehat yang dimakan," katanya.