Menguak Alasan Penderita Bipolar Selalu Ingin Bunuh Diri

Ilustrasi stres.
Sumber :
  • Pexels/gratisography.com

VIVA – Gangguan bipolar, mungkin sudah sering Anda dengar. Terlebih beberapa selebriti dikabarkan memiliki kondisi yang masuk dalam kategori gangguan mental tersebut.

Soroti Banyak Bunuh Diri karena Pinjol, DPR Minta Pemerintah Gerak Cepat Benahi Regulasi

Gangguan mental bipolar atau yang lebih akrab disebut bipolar disorderataumanic- depression. DIlansir laman Health,  kondisi ini menyebabkan perubahan drastis pada mood, energi, pemikiran dan sikap penderitanya.

Ketika perasaannya sedang bersemangat, terjadi mania, luapan kebahagiaan yang 'meledak'. Sebaliknya, ketika perasaannya dalam keadaan tidak semangat, suasana hatinya bisa berubah sangat drastis ke level rendah, bahkan bisa sampai pada tahap depresi. 

Kasus Bunuh Diri Marak gegara Pinjol Ilegal, Puan Minta Pemerintah Punya Langkah Konkret

Perubahan yang kerap terjadi secara tiba-tiba ini cenderung tidak wajar sehingga mengganggu aktivitas normal sehari-hari dari penderitanya. Selain itu orang yang berjuang dengan bipolar juga cenderung memiliki gejala psikotik (seperti mendengar suara atau memiliki delusi), dan gelisah.

Kondisi suasana hati yang naik turun itulah yang memicu keinginan bunuh diri para penderita bipolar. Sebuah penelitian yang diterbitkan bulan lalu di jurnal Bipolar Disorders meneliti usaha bunuh diri pada pasien bipolar selama periode lima tahun. 

Deretan Kasus Bunuh Diri Terkait Pinjol di Indonesia Sepanjang 2024, Terbaru Satu Keluarga Tewas di Ciputat

Peneliti menemukan bahwa mereka 120 kali lebih berisiko bunuh diri ketika dalam kombinasi kondisi terjadi, ketika ekstrem tinggi dan rendah terjadi pada saat yang sama. 

"Anda memiliki suasana hati yang depresi tapi banyak energi untuk melakukan sesuatu terhadapnya. Itu bisa sangat berbahaya dalam hal risiko bunuh diri," ujar Glenn Konopaske, MD, asisten profesor psikiatri di UConn Health.

Penelitian lain menunjukkan bahwa perbedaan otak membuat beberapa pasien bipolar berisiko lebih tinggi untuk bunuh diri daripada yang lainnya.

Sebuah studi pada bulan Januari 2017 dari Universitas Yale membandingkan pemindaian otak remaja dan dewasa muda dengan gangguan bipolar dan menemukan bahwa mereka yang telah mencoba bunuh diri memiliki volume dan aktivitas yang lebih rendah di korteks frontal, bagian otak yang mengatur emosi dan dorongan hati.

"Itu dapat menyebabkan rasa sakit emosional yang lebih ekstrem, kesulitan dalam menghasilkan solusi alternatif untuk bunuh diri dan kemungkinan tindakan akupunktur yang lebih besar," kata penulis studi senior Hilary Blumberg, MD.

Kabar baiknya adalah bahwa bipolar bisa diobati jika pasien menjalani perawatan yang tepat. Mereka dapat menjalani kehidupan normalnya lagi.

proses penyembuhan yang dianjurkan dokter biasanya melakukan terapi reguler, minum obat-obatan secara teratur, dan memiliki anggota keluarga yang mendukung dan terlibat.

"Dibutuhkan pendekatan tim untuk sukses, Meski begitu, tidak semua pasien akan merespons pengobatan, dan bisa jadi banyak trial and error," kata Konopaske.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya