KLB Campak di Asmat Makan Korban, Kemenkes Terjunkan Tim
- ANTARA FOTO/Fahrul Jayadiputra
VIVA – Campak kembali menyerang. Kini, penyakit yang sebelumnya sudah hilang, muncul kembali di wilayah Asmat, Papua. Bahkan, sebanyak 29 anak dilaporkan meninggal dunia akibat paparan campak.
Menanggapi hal itu, Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Elizabeth Jane Soepardi menjelaskan bahwa cakupan imunisasi di wilayah tersebut memang terhitung rendah.
"Pelaksanaan imunisasi itu oleh pemerintah daerah, kita hanya mendapat laporan cakupan dari imunisasi. Nah, cakupannya memang rendah, hingga juli 2017 lalu, hanya 17 persen. Data yang sampai di kami juga seringkali tidak lengkap," ujar Jane, saat dikonfirmasi oleh VIVA, Senin, 15 Januari 2017.
Jane mengaku, kesulitan akan kelengkapan data dari daerah, membuat pemerintah pusat tidak dapat mendeteksi cakupan imunisasi serta kasus yang timbul. KLB campak ini sendiri sudah mulai terdeteksi sejak September 2017.
"KLB ada sejak September 2017 di berbagai desa di Papua. Tim dari daerah sudah turun, tapi laporan belum balik. Rencananya, nanti malam kami juga akan terjunkan tim kami sekitar 10 orang untuk memverifikasi data," papar Jane.
Dilanjutkannya, tim tersebut akan mendata seluruh pelayanan kesehatan untuk melihat peningkatan kasusnya. Sehingga, Jane menegaskan agar masyarakat tidak terlebih dahulu menyimpulkan data kasus kematian.
Sebelumnya, berdasarkan data yang dirilis Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih, sebanyak 29 anak di sejumlah kampung di Distrik Pulau Tiga dilaporkan meninggal dunia akibat terpapar campak. Selain itu, sebanyak 367 dilaporkan terpapar penyakit serupa dan sebagian sudah dirawat di rumah sakit.