Gara-gara Macet, Makin Banyak Orang Indonesia Sakit Jiwa
- ANTARA Foto/Yulius Satria Wijaya
VIVA – Tingginya angka kepadatan penduduk di Tanah Air, memberi permasalahan tersendiri. Populasi yang terus bertambah ini, dikatakan Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Nila Moeloek Sp.M, menjadi sumber stres yang tinggi.
"Penderita gangguan jiwa banyak. Itu diakibatkan dari stres yang tinggi. Di sini, kita tahu, dengan populasi yang terus bertambah, membuat tingkat stres semakin tinggi," ungkap Nila, ditemui di gedung Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, Rabu 10 Januari 2018.
Menurutnya, populasi yang semakin bertambah, membuat kemacetan semakin merajalela. Dengan begitu, angka kasus gangguan jiwa juga semakin banyak dan berdampak pada bahaya bunuh diri.
"Gaya hidup kita keras, seperti sumber kemacetan di mana-mana, apa Anda tidak stres? Di negara Jepang, gaya hidup yang keras itu bisa memicu angka bunuh diri yang meningkat," terangnya.
Perlu diketahui, beban penyakit, atau burden of disease penyakit jiwa di Tanah Air masih cukup besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar enam persen untuk usia 15 tahun ke atas, atau sekitar 14 juta orang.
Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 per 1.000 penduduk, atau sekitar 400 ribu orang. Berdasarkan jumlah tersebut, ternyata 14,3 persen di antaranya atau sekira 57 ribu orang pernah, atau sedang dipasung.
Masalah kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting dan harus mendapat perhatian sungguh-sungguh dari seluruh jajaran lintas sektor Pemerintah baik di tingkat Pusat maupun Daerah, serta perhatian dari seluruh masyarakat.