Kini Tiup Balon, Bisa jadi Cara Mudah Deteksi Kanker Paru
- www.medis.web.id
VIVA – Selama ini deteksi kanker paru yang dilakukan adalah melalui pemeriksaan cairan dan darah. Namun, kini inovasi baru yang lebih mudah dan murah sudah ditemukan untuk mendeteksi kanker paru.
Metode non-invasif ini, bahkan hanya membutuhkan alat sederhana yakni balon karet. Temuan yang didapatkan oleh dr. Achmad Hudoyo, SpP(K) ini memodifikasi metode deteksi napas dengan menggunakan balon karet yang kemudian didinginkan di dalam lemari es, atau direndam dalam air es agar gas atau uap di dalam napas hembusan pasien kanker terkondensasi.
"Inspirasi penelitian ini datang dari penelitian anjing yang dilatih untuk mendeteksi kanker paru pasien dengan napas yang ditampung di dalam polietilen. Kemudian, anjing dilatih seperti mendeteksi narkoba, kalau kanker dia akan duduk, kalau tidak dia akan jalan," ujar Hudoyo usai menjalani sidang terbuka gelar doktor di Gedung IMERI UI, Jakarta, Kamis 11 Januari 2018.
Dari beberapa penelitian telah membuktikan bahwa napas hembusan pasien kanker paru ternyata dapat dijadikan modalitas untuk deteksi dini. Dalam uap napas pasien kanker paru terkandung zat-zat kimiawi yang disebut volatile organic compound (VOC), di dalamnya terkandung komponen genetik dan sebagian termetilasi yang dapat dideteksi dan dianalisis.
Selain lebih mudah, murah, dan sederhana, sampel genetik dari napas hembusan ini juga bisa dikirimkan melalui pos. Ini sangat memudahkan bagi pasien yang berada di daerah terpencil. Sampe dikirim ke laboratorium biomolekular, setelah napas hembusan ditransfer ke kertas saring dan dikeringkan.
Napas hembusan yang ditampung dalam balon karet dapat dijadikan sampel untuk dianalisis menggunakan alat Gas Chromatography Mass Spectroscopy (GCMS), lalu didapatkan kandungan 14 golongan senyawa kimia pada kanker paru maupun pada orang normal. Tapi, ditemukan juga lima senyawa spesifik yang hanya dijumpai pada napas hembusan pasien kanker paru saja dan tidak ditemukan pada orang sehat.
"Keakuratan setelah penelitian di atas 70 persen. Lebih bagus dari marker dari yang disebut dengan CEA, marker metilasi ini lebih tinggi," kata Hudoyo menambahkan.
Meski bisa dikatakan efektif dalam mendeteksi kanker, namun Hudoyo belum bisa memastikan kapan temuannya bisa diaplikasikan di masyarakat. Ke depannya, ia berharap, bisa menemukan sebuah kertas saring seperti kertas lahmus yang bisa berubah warna untuk mengidentifikasi adanya kanker paru pada pasien.