Tak Pede Bentuk Tubuh Picu Gangguan Pola Makan Remaja
- Pixabay/publicdomainpictures
VIVA – Secara psikologis, remaja ada dalam fase labil. Begitu juga dari sisi emosional, pada usia tertentu remaja akan mengalami puncak emosinya.Â
Remaja (terutama remaja perempuan) sering merasa tidak puas dengan penampilan dirinya, sehingga menyebabkan konsep persepsi tubuh yang buruk.
Media massa dan paparan internet membentuk pola pikir dan persepsi masyarakat mengenai tampilan tubuh ideal. Konsep 'cantik adalah putih, cantik adalah kurus' menjadi stigma masyarakat yang terbentuk sejak lama. Hal itu juga memengaruhi opini remaja akan konsepsi cantik, sehingga menimbulkan dorongan untuk menjadi kurus.Â
Padahal, tekanan untuk menjadi lebih kurus terkait dengan gangguan pola makan pada remaja.
Sebuah penelitian yang dilakukan dua mahasiswa dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB) Mohamad Yulianto Kurniawan dan Dodik Briawan membuktikan hal itu.
“Adanya ketidakpuasan terhadap tubuh memengaruhi tingkat kasus gangguan makan (eating disorÂders)  termasuk pengendalian makan (dietary restraint), binge-eating dan efek negatif lainnya," ujar Dodik dilansir dari rilis yang diterima VIVA Rabu 10 Januari 2018.
Penelitian yang melibatkan 103 remaja perempuan ini menunjukkan bahwa persepsi negatif sebesar 5,8 persen sedangkan remaja yang memiliki persepsi tubuh yang baik mencapai 44,7 persen.
"Hanya 3,9 persen subjek memiliki persepsi tubuh negatif dan 7,8 persen subjek mengalami gangguan makan dengan risiko lebih karena merasa memiliki keinginan untuk makan terus-menerus dan tidak dapat berhenti makan."
Peneliti ini mengungkapkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi tubuh dengan gangguan makan. Namun, peneliti ini menjelaskan bahwa adanya paparan tentang gambaran tubuh yang kurus dan ideal (thin-ideal images) akan meningkatkan ketidakpuasan terÂhadap tubuh.Â