Aturan Konsumsi Minyak Kelapa untuk Sehatkan Jantung
- Pixabay/SchaOn
VIVA – Minyak kelapa sudah sejak lama dijuluki sebagai superfood. Namun dianggap sebagai lemak tak jenuh, dipuji sebagai produk kecantikan yang lengkap, namun diejek karena kandungan kalorinya.
Ketika menyebut minyak kelapa, dunia seperti tidak bisa menentukan sikap. Dengan kandungan lemak jenuh yang lebih banyak dibandingkan mentega dan lemak babi, para ahli sudah sejak lama memperdebatkan apakah mengonsumsi minyak ini bisa benar-benar memberikan dampak buruk dibandingkan dampak baik.
Tapi, sekarang sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di University of Cambridge menemukan, bahwa minyak kelapa bisa benar-benar bermanfaat untuk menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke, bila dikonsumsi setiap hari hanya dalam empat minggu saja.
Sebagai bagian dari serial BBC2 Trust Me I'm a Doctor, Profesor Kay-Tee Khaw dan Profesor Nita Forouhi merekrut 94 relawan yang berusia antara 50 dan 75 tahun. Semua relawan tidak ada yang memiliki riwayat penyakit jantung atau diabetes.
Mereka membagi para partisipan ke dalam tiga kelompok, dan setiap kelompok diminta untuk mengonsumsi 50 gram (kasarnya tiga sendok makan) baik minyak kelapa, minyak zaitun ekstra virgin, atau mentega tanpa garam setiap hari selama empat minggu.
Para ilmuwan tertarik untuk melihat bagaimana mengonsumsi lemak ini secara rutin bisa mempengaruhi kadar kolesterol para relawan, dan hasilnya mengejutkan.
Meski pengonsumsi mentega melihat adanya peningkatan rata-rata 10 persen di dalam kadar kolesterol LDL mereka, yang lebih luas dikenal sebagai kolesterol jahat, tapi mereka yang mengonsumsi minyak zaitun melihat ada sedikit penurunan dalam kadar LDL dan lima persen peningkatan kadar kolesterol HDL, yang sering disebut sebagai kolesterol baik karena banyak memiliki kandungan pelindung.
Sementara, dilansir laman The Independent, mereka yang mengonsumsi minyak kelapa melihat ada peningkatan lebih besar dalam kadar HDL dengan rata-rata 15 persen, membuat para peneliti percaya bahwa yang disebut superfood ini benar-benar sedikit super karena dapat menurunkan peluang seseorang mengalami penyakit jantung atau stroke.
Meski hasilnya menjanjikan, Khaw dengan cepat menegaskan bahwa studi ini hanya dalam jangka pendek, dan mengubah pola makan seseorang hanya berdasarkan temuan ini bisa menjadi hal tidak bertanggung jawab. "Saya rasa keputusan untuk mengonsumsi minyak tertentu bergantung pada lebih dari sekadar efek sehatnya," ujar Khaw kepada BBC.