Difteri Mewabah, Menkes Tepis Isu Vaksin Palsu

Petugas kesehatan bersiap menyuntikkan vaksin DPT (fifteri, pertusis, dan tetanus) di Posyandu Bungong Jaroe, Kampung Mulia, Banda Aceh, Aceh, pada Selasa, 12 Desember 2017.
Sumber :
  • VIVA/Dani Randi

VIVA – Sempat marak dengan peredaran vaksin palsu beberapa waktu lalu, membuat masyarakat mengaitkan wabah difteri dengan hal tersebut. Namun, Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek menepis adanya vaksin palsu yang beredar dan mengakibatkan wabah difteri muncul.

Miris, Lebih 200 Kota di Indonesia Risiko Tinggi Penularan Polio

"Saya kira itu (wabah difteri karena vaksin palsu) enggak mungkin," ujar Nila ditemui media di Gedung Prof. Sujudi, Kemenkes RI, Jakarta, Rabu 13 Desember 2017.

Menurut Nila, vaksin difteri yang masuk ke dalam salah satu imunisasi dasar dan wajib dari pemerintah, dibanderol dengan harga yang terjangkau bahkan cenderung murah. Nila tidak menemukan kaitan antara vaksin palsu tersebut dengan difteri yang mewabah.

Seorang Anak yang Diduga Terserang Difteri di Lampung Barat Meninggal setelah Dirawat

"Enggak bisa palsu karena ini dari Biofarma. Apalagi harganya enggak mahal jadi enggak bisa palsu. Rumah sakit di Indonesia juga bisa minta vaksinnya dari kami karena memang ini program kami," ujar Nila.

Dengan adanya wabah difteri yang kembali muncul di Tanah Air, menkes mengimbau agar orangtua kembali mengingat pemberian vaksin difteri pada anaknya. Sebab, angka kasus difteri yang meningkat disinyalir karena tingginya masyarakat yang menolak imunisasi.

Kabupaten Garut KLB Difteri, Ini Tanda Gejala dan Cara Pencegahannya

"Bisa jadi imunisasi tidak lengkap. Sudah kami periksa di lapangan, antibodi pada 60 persen anak usia 4 tahun rendah dan kami konfirmasi ternyata ada penolakan imunisasi di sini," tuturnya.

"Jadi, kami imbau untuk orangtua bisa berikan hak imunisasi anak. Harus rutin diberikan sesuai jadwal pemberiannya," ujar dia.

Ilustrasi bayi/anak/parenting.

Deret Penyakit Berbahaya bagi Bayi, IDAI: Difteri Itu Mematikan

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) soroti angka kematian bayi dan anak yang kondisinya masih terus meresahkan. Kasus kematian tercatat paling tinggi terjadi pada bayi.

img_title
VIVA.co.id
16 Agustus 2023