Anemia Berisiko Turunkan Fungsi Otak Anak
- Pixabay/sheldoni
VIVA – Anemia yang menjadi salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia, bila tak tertangani bisa berdampak buruk bagi generasi masa mendatang.
Menurut pakar gizi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Prof. dr. Endang L. Achadi, MPH, Dr.PH., bayi anemia di usia dini yaitu pada 1.000 hari pertama kehidupannya, jika tidak segera dikoreksi maka akan berisiko menurunkan IQ sampai 10 poin. Namun, Endang menjelaskan, ada proses panjang dari anemia pada anak yang harus dibedakan.
"Ibu hamil yang anemia tapi tidak defisiensi Hb, berisiko melahirkan bayi yang persediaan besinya terbatas atau sangat sedikit," ujar Endang saat pelatihan jurnalis di Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Depok, Selasa, 12 Desember 2017.
Bayi ini akan berisiko menderita anemia pada usia empat bulan. Sejak lahir, bayi ini masih memiliki cadangan besi, namun bila air susu ibu (ASI) tidak bisa mencukupi lagi, dia akan berisiko anemia.
Bayi yang mengalami defisiensi besi sejak awal, artinya oksigen yang terikat dalam darahnya akan terbatas. Sehingga, otot dan otak yang memerlukan oksigen untuk berfungsi mengalami kekurangan oksigen.
"Kalau sudah kronis dan usianya dini, maka oksigen yang ke otaknya akan menurun terus," kata dia.
Inilah yang menyebabkan turunnya skor IQ anak. Itu sebabnya, Endang menekankan, sebelum ibu menikah dan hamil, tidak boleh menderita anemia. Karena, jika anemia atau belum anemia tapi mengalami defisiensi besi akan berisiko melahirkan bayi dengan persediaan besi terbatas.
"Kalau tidak dikoreksi, fungsi otak berkurang. Itulah yang menyebabkan anak lambat, berpikirnya lama, tidak tangkas, karena tidak banyak oksigen untuk otak berfungsi dengan baik," ujar Endang.