Antara IUD dan Suntik KB, Mana Paling Efektif?
- Pixabay/kerryank
VIVA – Bicara soal alat kontrasepsi, ada beragam pilihan yang sebetulnya bisa jadi rekomendasi. Mulai dari pil KB (keluarga berencana), hingga kondom. Salah satu yang cukup populer, ialah pil KB yang penggunaannya mencapai sekira 50 persen.
Namun sayangnya, menurut dr. Julianto Witjaksono SpOG Konsultan Fertilitas dan Endokrinologi dan Reproduksi, dari Rumah Sakit Universitas Indonesia, pil dan suntik KB memiliki tingkat kegagalan lebih tinggi dibandingkan alat KB jangka panjang seperti implan dan IUD.
"Pil harus diminum setiap hari pada waktu yang sama. Demikian pula dengan suntik baik 1 maupun 3 bulan sekali,” ucap Julianto kepada VIVA.
Data WHO juga menunjukkan, tingkat kegagalan dengan pil KB sekitar 90 per 1000 orang, dan suntik 60 per 1000 orang. Implan memiliki angka kegagalan hanya 0,5 persen atau terkecil bahkan dibandingkan dengan IUD yang 8,5 orang dari 1000 pengguna.
Sayangnya, lanjut Julianto, implan memang kurang popular di Indonesia. Data BKKBN tahun 2013 menunjukkan, peserta baru KB untuk Implan 9,23 persen IUD 7,75 persen, Suntikan 48,56 persen, Pil 26,60 persen, dan kondom 0,6 persen. Salah satu penyebabnya, harga implan yang memang lebih mahal.
Menurut dr. Julianto, ada beberapa jenis implan KB yang sudah digunakan di Indonesia. Dahulu di tahun 80-an, digunakan implan KB 6 batang.
“Karena implan KB dipasang di bawah kulit, maka jika jumlahnya mencapai 6 batang, maka akan kesulitan untuk pengambilannya setelah masa habis pakai,” jelas staf pengajar FKUI/RSCM ini.
Implan KB 6 batang saat ini sudah tidak digunakan lagi. Generasi implan KB terbaru hanya terdiri dua atau satu batang. Semakin kecil jumlah batangnya, tentu pemakaian semakin mudah tanpa mengurangi manfaatnya. Implan dipasang di lengan atas di bawah kulit. Pemasangan implan KB dilakukan dokter kebidanan dan kandungan atau bidan yang sudah mendapatkan pelatihan, menggunakan alat pemasang (trocar). Ukuran diameter implan sangat kecil, hanya 1-2 mm.
“Implan direkomendasikan pada perempuan sehat semua usia, tetapi untuk yang berusia di atas 40 tahun sangat baik karena mengurangi risiko kanker payudara. Karena, implan KB hanya berisi hormon progestin dan sama sekali tidak mengandung hormon estrogen yang selama ini dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara,” ujar Julianto.
Cara kerja hormon progestin adalah mengentalkan lendir di bibir rahim sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim dan membuahi sel telur. Dengan teknologi tinggi, hormon progestin akan dilepaskan sedikit demi sedikit dari pori-pori batang implant, dengan masa kerja 3-5 tahun.
Keunggulan implan KB adalah sangat mudah dan efektif (99,95 persen), mudah digunakan, kesuburan segera pulih setelah susuk KB diangkat. Aman digunakan pada ibu menyusui. “Efek jangka panjang lain adalah menurunkan risiko kehamilan di luar kandungan," kata Julianto.