Antitoksin dan Antibiotik untuk Penderita Difteri
VIVA – Difteri di Indonesia mulai mewabah. Kementerian Kesehatan, bahkan menetapkan difteri sebagai kejadian luar biasa, atau KLB.
Difteri pun dianggap sebagai penyakit serius. Biasanya, saat seseorang didiagnosa dengan penyakit ini, dokter yang merawatnya akan dengan segera dan agresif memberikan obat-obat antitoksin.
Dilansir laman Mayo Clinic, jika dokter menduga seseorang menderita difteri, antitoksin akan disuntikkan ke pembuluh darah atau otot, menetralkan racun difteri yang sudah beredar di tubuh.
Sebelum memberi antitoksin, dokter mungkin melakukan tes alergi pada kulit untuk memastikan bahwa orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi terhadap antitoksin. Orang yang alergi pertama-tama harus tidak peka terhadap antitoksin. Dokter melakukan ini dengan awalnya memberi dosis kecil antitoksin dan kemudian secara bertahap meningkatkan dosisnya.
Tak hanya memberikan antitoksin, biasanya pasien difteri juga akan diberi antibiotik. Difteri juga diobati dengan antibiotik, seperti penisilin atau eritromisin. Antibiotik membantu membunuh bakteri dalam tubuh, membersihkan infeksi. Antibiotik juga digunakan agar difteri tidak menular pada orang lain.
Anak-anak dan orang dewasa yang menderita difteri, perlu dirawat di rumah sakit. Mereka mungkin diisolasi di unit perawatan intensif, karena difteri dapat menyebar dengan mudah kepada siapa saja yang tidak diimunisasi.
Perawatan pencegahan
Jika Anda pernah terpapar orang yang terinfeksi difteri, temui dokter untuk tes kesehatan segera dan kemungkinan, Anda pun butuh perawatan. Dokter mungkin memberi Anda resep antibiotik untuk mencegah difteri makin berkembang dalam tubuh. Anda mungkin juga memerlukan dosis pendorong vaksin difteri.
Bukan hanya butuh perawatan khusus, mereka penderita difteri yang diizinkan melakukan rawat jalan di rumah juga diwajibkan melakukan istirahat penuh di tempat tidur. Menghindari aktivitas fisik apa pun juga sangat penting untuk memulihkan kondisi. Anda mungkin perlu tidur di tempat tidur selama beberapa minggu atau sampai Anda sembuh total.
Isolasi yang ketat saat Anda menular juga penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Pencucian tangan dengan hati-hati oleh semua orang di rumah Anda, membantu mencegah penyebaran infeksi. Karena rasa sakit dan kesulitan menelan, Anda mungkin perlu mendapatkan nutrisi melalui cairan dan makanan lunak untuk sementara waktu.
Begitu sembuh dari difteri, pasien tersebut juga tetap memerlukan vaksin difteri secara penuh untuk mencegah kekambuhan. Mereka yang sudah divaksin difteri pun perlu diketahui, tidak menjamin kekebalan seumur hidupnya. Seseorang bisa saja menderita difteri lebih dari satu kali jika tidak diimunisasi.