Psikolog Nilai Setya Novanto Hanya Pura-pura Sakit

Detik-detik Setya Novanto Dibawa ke Rumah Tahanan
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rosa Panggabean

VIVA – Setya Novanto resmi ditahan oleh KPK pada Minggu malam, 19 November 2017. Novanto ditahan usai menjalani sederet perawatan medis pasca kecelakaan mobil.

Pria Bersajam Adang Bus TransJakarta di Sarinah Ditangkap, Dirujuk ke RSJ karena Gangguan Jiwa

Dengan penahanan oleh KPK tersebut, tidak sedikit masyarakat yang menilai, Setya Novanto hanya berpura-pura sakit demi menghindari jeratan hukum. Namun, bagaimana pandangan psikolog tentang perilaku Setya Novanto?

"Masyarakat pasti juga bisa menilai sikap berpura-pura sakit atau malingering, dilakukan karena mau mengundur waktu. Dia (SN) tahu kalau hadir di pemeriksaan, bisa langsung ditangkap, makanya dia menundanya agar penangkapan tidak terjadi," ujar Sani saat dihubungi VIVA, Senin 20 November 2017.

Emosi Diminta Bersihkan Rumah, Anak Tebas Ibu Kandung di Makassar

Sani juga tidak menepis sikap itu dilakukan karena adanya sifat proteksi diri saat seseorang merasa bersalah. Dalam kasus Novanto, Sani menilai ketakutan akan kesalahannya bisa terbongkar jika tidak melakukan malingering itu.

"Orang kalau enggak bersalah pasti akan memenuhi pemeriksaan. Nah, dia (SN) ingin memproteksi diri dari hal yang bersifat pemeriksaan. Takut kesalahannya terbongkar," terang Sani.

2 Bocah Kakak Adik Tewas, Diduga Dibunuh Ibunya yang Gangguan Jiwa Pakai Parang

Sikap berpura-pura sakit tersebut tidak saja merugikan banyak pihak, namun turut memberi dampak buruk pada diri Novanto. Ia bisa mengalami penurunan sistem ketahanan tubuh hingga alami depresi.

"Daya tahan tubuhnya bisa menurun yang memicunya migrain hingga tensi tinggi. Kalau dibiarkan bisa menimbulkan depresi yang bahkan bisa memicu bunuh diri meski kemungkinannya kecil," jelasnya.

Oleh sebab itu, Sani mengimbau agar saat pemeriksaan dilakukan, Novanto bisa didampingi oleh tim psikolog atau dokter. Sebab, sikap berpura-pura sakit bisa terus berlanjut hingga saat pemeriksaan berlangsung.

"Bisa jadi karena depresi, dia jadi susah diajak ngobrol. Maka, disarankan saat pemeriksaan tetap didampingi psikolog agar jangan sampai ia hanya berpura-pura sakit dan berlaga tidak berdaya."

Kasie Humas Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Nurma Dewi

Polisi Bantah Remaja di Lebak Bulus Pembunuh Ayah dan Nenek Alami Gangguan Jiwa

Polisi membantah Anak baru gede (ABG) berinisial MAS (14), yang menghabisi nyawa ayah dan neneknya, punya riwayat gangguan kejiwaan.

img_title
VIVA.co.id
4 Desember 2024