Resisten Antibiotik Bisa Renggut Nyawa 10 Juta Jiwa/Tahun
VIVA – Resistensi antimikroba jadi tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini. Penyebabnya adalah ketidakpahaman masyarakat akan penggunaan antibiotik yang tepat dan mudahnya akses antibiotik di kalangan masyarakat.
Bahkan, angka kematian karena sepsis atau resistensi antibiotik apapun sudah sangat tinggi di dunia. Akibatnya, infeksi semakin lama semakin parah.
"Karenanya, kita harus hati-hati dengan resistensi antimikroba. Resistensi antimikroba menyebabkan antimikroba dalam obat berkurang sehingga infeksi sukar disembuhkan, angka kesakitan, kematian, serta beban ekonomi pun meningkat," ujar Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Kementerian Kesehatan, Maura Linda Sitanggang, di Jakarta, Selasa 14 November 2017.
Sementara itu, penemuan mikroorganisme semakin tinggi namun perkembangan penemuan antimikroba menurun. Ini mengakibatkan resistensi semakin naik.
Linda menyebutkan, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mencatat bahwa kematian akibat resistensi antimikroba di dunia mencapai 700 ribu jiwa per tahun.
"Jika tidak antisipasi, akan ada dampak negatif yang masif terhadap kesehatan,
ekonomi, dan pembangun global. Ini juga akan menjadi beban keuangan negara untuk JKN," katanya.
WHO memperkirakan angka kematian akibat resistensi antimikroba akan mencapai 10 juta jiwa per tahun mulai 2050. Karena itu, melalui World Health Assembly, dicanangkanlah program Global Action Plan on Antimicrobial Resistance. Sementara Indonesia, sejak tahun 2016 sudah mencanangkan program National Action Plan on Antimicrobial Resistance. (ren)