Remaja Putri Anemia, Cikal Bakal Lahirkan Anak Stunting
- Pixabay
VIVA – Indonesia tercatat memiliki permasalahan gizi kurang yang memicu anak stunting. Salah satu penyebabnya, dimulai dari abainya remaja putri pada status anemia yang dimiliki.
Siklus menstruasi yang hadir rutin setiap bulan, membuat remaja putri mengalami kekurangan darah. Perihal tersebut, sebaiknya bisa diganti dengan asupan tepat untuk membentuk kembali kekurangan darah itu.
"Karena ada siklus mens pada remaja perempuan, tapi sayangnya kekurangan itu tidak diperbaiki dengan asupan makanan tepat untuk membentuk darah kembali," ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS, Dalam paparan Rangkaian Acara Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke 53 di Gedung Kemenkes RI, Jakarta, Rabu 8 November 2017.
Angka stunting saat ini, lanjut Kuwat, memang terbilang sudah cukup membaik. Kendati demikian, kasus stunting masih memberi kekhawatiran tersendiri yang sebaiknya dilakukan pencegahan lewat asupan gizi remaja perempuan ini.
"Investasikan gizi sejak masa sebelum dan saat hamil. Dimulai dari sebelum hamil, remaja putri bisa memakan buah, sayur dan daging yang cukup untuk membentuk darahnya. Bagi mereka yang kekurangan darah, bisa mengatasinya dengan tablet zat besi sejak remaja," papar Kuwat.
Kuwat mengibaratkan remaja putri yang tercukupi gizinya sebagai ladang tanah yang subur. Dengan demikian, bibit yang tertanam akan tumbuh dengan baik dan berkembang secara normal bahkan bisa sangat baik.
"Remaja putri yang hamil tapi memiliki kondisi anemia, membuat asupan oksigen ke janin berkurang. Ini cikal bakal bayi stunting dan berat bayi lahir rendah," jelasnya.
"Di 2018 mendatang, Kemenkes akan mulai fokus memberikan tablet zat besi pada 20 juta remaja putri di bangku SMA untuk mencegah hadirnya kasus anak stunting."