Cegah Diabetes dan Obesitas, Ini Aturan Konsumsi Gula Garam
- Pixabay/moritz320
VIVA – Kandungan gula, garam dan lemak, pasti ada dalam setiap sajian menu makanan Anda. Namun, tahukah Anda, tiga penyedap rasa dalam menu makanan ini, bisa jadi pemicu masalah kesehatan tubuh? Salah satu masalah kesehatan yang sering ditimbulkan dari penyedap rasa ini adalah obesitas.
Seperti diketahui, Indonesia memiliki dua permasalahan gizi atau double burden yang terbilang berbahaya yaitu gizi buruk dan gizi berlebihan.
"Stunting dan obesitas semakin meningkat secara global. Tapi, dalam 10 tahun terakhir ini, Indonesia memiliki data obesitas yang meningkat. Serta gizi buruk yang juga jadi tantangan Indonesia," ujar Perwakilan WHO, Alessandro Demaio, dalam temu media Asia Pacific Food Forum, di Jakarta.
Hal ini dipicu oleh pola makan masyarakat yang tinggi gula dan garam serta lemak. Meski gula merupakan salah satu sumber energi yang dibutuhkan manusia, namun, jika berlebihan, gula dapat menyebabkan obesitas dan memicu diabetes tipe 2.
Garam dalam jumlah sedikit dibutuhkan untuk mengatur kandungan air dalam tubuh. Jika berlebihan, garam dapat menyebabkan hipertensi hingga stroke. Sedangkan lemak, juga diperlukan dalam tubuh sebagai cadangan energi. Namun, lemak berlebih dapat meningkatkan kolesterol dalam darah.
"Kami, WHO, memberikan empat dimensi pada masyarakat untuk hidup sehat yaitu peduli pada diet sehat, makanan harus diolah secara berkualitas, akses makanan sehat yang mudah, dan merekomendasikan pajak tinggi pada minuman dengan kandungan gula tinggi," paparnya.
Di Indonesia sendiri, Kementerian Kesehatan memiliki peraturan terkait pembatasan gula, garam dan lemak. Disarankan Kementerian Kesehatan per orang per hari adalah gula tidak lebih dari 50 gr (4 sendok makan), garam tidak melebihi 2000 mg natrium/sodium atau 5 gr (1 sendok teh), dan untuk lemak hanya 67 gr (5 sendok makan minyak).