Cara Unik Kampanye Pencegahan Kanker Payudara
- Pixabay/pexels
VIVA – Deteksi dini kanker payudara sangat penting untuk dilakukan. Berkali-kali, kampanye pencegahan dini kanker yang banyak menyerang wanita ini digaungkan. Bahkan tahun ini, kampanye deteksi dini kanker akan lebih difokuskan di wilayah Indonesia bagian timur.
Tak hanya tingkat kesadaran yang rendah mengenai pentingnya deteksi dini, sistem rujukan di era BPJS yang berbelit dan panjang, juga menjadi sorotan Yayasan Kanker Payudara Indonesia. Sistem rujukan ini membuat pengobatan terlambat sehingga kanker sudah terlanjur menyebar. Inilah yang menyebabkan kematian kanker payudara di stadium lanjut tinggi.
“Era otonomi daerah seharusnya dapat mendorong pimpinan daerah lebih banyak menyediakan fasilitas deteksi dini dan juga menyekolahkan dokter umum atau sekolah pendidikan spesialis dan subspesialis onkologi sehingga pasien tidak perlu dirujuk ke pusat atau rumah sakit di Jawa," kata Ketua YKPI Linda Agum Gumelar beberapa waktu lalu.
Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular dari Kementerian Kesehatan (P2PTM), dr. Lily. S. Sulistyowati MM juga mengatakan, kanker adalah salah satu penyakit tidak menular yang saat ini menjadi persoalan serius di Indonesia. Kanker payudara dan kanker serviks adalah dua jenis kanker dengan prevalensi tertinggi. Setidaknya setiap 1 jam ada 1 penderita kanker payudara meninggal.
Masalah ini juga berujung pada pembiayaan kesehatan yang sangat tinggi. Tahun 2015 setidaknya menghabiskan 2,9 triliun untuk pengobatan kanker payudara.
"Karena itu kami akan terus menggalakkan upaya preventif dengan memperluas deteksi dini," jelas Lily.
Program yang sudah dijalankan Kemenkes adalah Sadanis (Periksa Payudara Klinis) yang mencakup deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks di Puskesmas.
Tak hanya itu, saat bulan Oktober lalu, bertepatan dengan peringatan Bulan Peduli Kanker Payudara yang jatuh 26 Oktober, banyak pihak menggelar dukungan untuk para survivor kanker. Cara yang dilakukan cukup unik, yakni dengan membuat batik khusus berwarna pink yang senada dengan warna lambang kanker payudara.
Desain batik ini merupakan kerjasama Aleira Batik dengan Shangri-La Hotel Jakarta sebagai bagian dari kepeduliannya pada survivor kanker payudara melalui pembuatan pakaian batik berwarna pink.
"Karena ini sedang bulan Kanker Payudara, kami menunjukkan rasa cinta dengan kepedulian pada momen itu disertai eksistensi batik khas Indonesia," ujar Director of Communication Shangri-La, Debby Setiawaty.
Dari penjualan tersebut, meraup total Rp25 juta yang kemudian disumbangkan kepada Yayasan Kanker Payudara Indonesia. Melalui sumbangan dana ini, diharapkan para survivor bisa lebih terpacu untuk memiliki harapan hidup lebih lama.
"Total sumbangan ini melebihi target kami. Melalui ini, kami ingin meningkatkan kepedulian pada survivor untuk bisa memiliki harapan hidup lebih lama," paparnya.
Selain itu, Debby menuturkan, kepedulian di momen hari kanker payudara ditunjukkan melalui kampanye untuk hidup sehat. Juga, meningkatkan kepedulian pada para wanita untuk mau deteksi dini terhadap permasalahan kanker payudara yang rentan mengintai.