Ketika Jarum Suntik Belum Setipis Sekarang, Ini Sejarahnya
- Pixabay/PhotoLizM
VIVA.co.id – Ketika jarum suntik belum setipis sekarang, tidak terbayangkan rasa sakit yang harus dirasakan pasien ketika harus melakukan prosedur injeksi, atau imunisasi pada anak-anak.
Jarum suntik merupakan salah satu media pengantar obat ke dalam tubuh yang amat berguna pada masa sekarang. Di masa lalu, suntikan menimbulkan rasa sakit yang teramat sangat, sehingga pasien harus mengonsumsi obat bius.
Dilansir dari Thoughtco, pada masa Yunani dan Roma Kuno, injeksi dikenal sebagai cara untuk memasukkan obat pada kasus gigitan ular atau terkena senjata beracun. Namun prosedur injeksi pertama kali, baru tercatat pada 900 SM, dilakukan oleh ahli bedah Mesir bernama Ammar ibn Ali al-Mawsili. Ia menggunakan alat tipis berlubang dengan suction, untuk mengambil katarak dari mata seorang pasien. Saat itu, jarum suntik hanya digunakan untuk mengambil objek atau cairan, dan bukan untuk memasukkan obat.
Bentuk suntikan dan infus intravena (memasukkan obat ke dalam pembuluh darah) dimulai sejak 1670, namun Charles Gabriel Pravaz dan Alexander Wood adalah orang pertama yang mengembangkan jarum suntik, dengan jenis jarum yang sudah disempurnakan untuk menembus kulit pada tahun 1853. Ini adalah jarum suntik pertama yang digunakan untuk menyuntikkan morfin sebagai obat penghilang rasa sakit.
Sejak itu penggunaan jarum suntik mulai dikembangkan. Salah satunya sebagai media transfusi darah. Meski demikian, banyak kesulitan teknis yang dihadapi orang-orang yang bereksperimen dengan transfusi darah.
Pada 1750 Dokter Alexander Wood, Sekretaris Royal College of Physicians of Edinburgh telah bereksperimen dengan jarum berongga untuk mentransfer opiat sebagai bius saat operasi bedah.
Eksperimennya itu kemudian dituangkan ke dalam makalah singkat di The Edinburgh Medical and Surgical Review: "Metode Baru untuk Mengobati Neuralgia dengan Penerapan Langsung Opiat ke Poin yang Menyakitkan."Â
Dia menunjukkan bahwa metode tersebut tidak terbatas pada opiat saja, namun kepada jenis obat yang lain. Pada waktu yang hampir bersamaan, Charles Gabriel Pravaz dari Lyon membuat jarum suntik serupa yang segera mulai digunakan dalam banyak operasi dengan nama "Pravaz Syringe."
Vaksin pertama dengan jarum suntik
Seorang dokter muda asal Inggris Edward Jenner berjasa melakukan vaksinasi pertama yang dilakukannya dengan menggunakan jarum suntik. Ia mulai mempelajari kaitan antara cacar dan penyakit ringan, cacar air. Dengan menyuntikkan satu anak laki-laki dengan cacar air, ia menemukan bahwa anak itu menjadi kebal terhadap cacar. Edward Jenner menerbitkan temuannya di tahun 1898. Dalam waktu tiga tahun, 100.000 orang di Inggris telah divaksinasi terhadap cacar.
Pada tahun 1949-1950 Arthur E. Smith menerima delapan paten A.S. untuk jarum suntik sekali pakai mulai tahun 1949 dan 1950.
Becton, Dickinson dan Company menciptakan jarum suntik dan jarum suntik sekali pakai yang diproduksi massal, diproduksi di kaca, pada tahun 1954. Jarum ini dikembangkan untuk pemberian massal Dr. Jonas Salk kepada satu juta anak Amerika dengan vaksin polio yang baru.Â
Pada awal tahun 2000 penemuan jarum suntik terus dikembangkan. Salah satunya penemuan jarum hipodermik, yang memiliki diameter seperti benang dan dengan ujung yang tajam membuat proses injeksi hampir dilakukan tanpa rasa sakit.