Terlalu Sering Main Media Sosial Bisa Bikin Paranoid

Ilustrasi main gadget dan chatting
Sumber :
  • Pixabay/DariuszSankowski

VIVA.co.id – Seorang ilmuwan terkemuka memperingatkan bahwa media sosial bisa meningkatkan kasus paranoia di kalangan pengguna rutinnya.

Survei KEMENPPA: COVID-19 Bikin Anak Paranoid

Individu yang mengalami gangguan kepribadian paranoia selalu mencurigai orang lain. Orang-orang dengan diagnosis ini merasa dirinya diperlakukan secara salah dan dieksploitasi oleh orang lain.

Hal itu memengaruhi berperilaku misterius dan selalu waspada. Selain itu, penderita paranoia sering kali berlaku kasar dan bereaksi dengan kemarahan terhadap apa yang mereka anggap sebagai penghinaan.

Nonton Final Piala Dunia, Baju Via Vallen Bikin Salah Fokus

Sekarang, sejumlah psikolog mengatakan bahwa angka paranoia bisa meningkat dramatis karena semakin banyaknya anak muda yang menggunakan media sosial.

Dilansir laman Daily Mail, profesor psikologi klinis di King's College London, Phillpa Garety mengatakan, dunia digital terus berubah sedemikian rupa sehingga membuat kita merasa seperti berada di bawah pengawasan.

Bowo Alpenleibe Mengaku Sempat Dicekik Cewek

"Tindakan kita terekam dan semua hal yang kita lakukan tersimpan dengan cara tertentu di internet. Ini bisa memicu rasa cemas yang cukup besar mengenai bagaimana seseorang bisa mencelakai atau membuntuti Anda," ucapnya.

Menurut yayasan amal kesehatan mental Mind, pikiran paranoid memiliki tingkat keparahan berbeda, mulai dari mengalami delusi hingga memiliki kecurigaan yang berlebih.

Garety mengatakan, anak-anak muda merupakan kelompok yang paling berisiko karena mereka merupakan pengguna paling aktif media sosial.

Dan, National Society for the Prevention of Cruelty to Children (NSPCC), Desember lalu menyatakan peningkatan mencelakai diri sendiri di kalangan remaja merupakan kesalahan dari media sosial.

Garety kini memimpin sebuah proyek penelitian yang bisa berpotensi menolong jutaan orang yang berisiko mengalami paranoia.

Para ilmuwan dan timnya telah membuat aplikasi interaktif, yang diciptakan oleh Royal College of Art, yang akan diujikan pada 360 pasien untuk memastikan keefektifannya.

Aplikasi ini bisa dipersonalisasikan bagi para penggunanya dan dibuat selama sesi dengan terapis sehingga alat ini bisa tahu apa yang memicu paranoia pasien dan cara terbaik untuk membantunya menghadapi masalahnya.

Pencipta aplikasi ini berencana untuk membangun aplikasi terpisah untuk penderita paranoia yang akut dan lebih ringan dalam waktu lima tahun mendatang.

Jemaah Salat Jumat di Masjid At Tin (Ilustrasi)

Kemenag: Naskah Khutbah Jumat untuk Perkaya Khazanah, Bukan Paranoid

Kementerian Agama RI sedang menggodok rencana penyiapan naskah khutbah Jumat. Naskah yang disiapkan diharapkan menjadi alternatif.

img_title
VIVA.co.id
26 November 2020