Bahaya Transfusi Darah pada Pasien Thalasemia
- REUTERS/Tommy Trenchard
VIVA.co.id – Kondisi thalasemia, membuat tubuh kekurangan sel darah merah yang dibutuhkan untuk bertahan hidup. Untuk bisa terus bertahan, pasien thalasemia biasanya diberikan transfusi darah secara rutin.
Beberapa kondisi penyakit, seperti thalasemia, biasanya membutuhkan darah tambahan untuk tubuhnya. Namun, proses transfusi darah secara rutin itu, ternyata memicu kelebihan zat besi pada pasien-pasien pengidap thalasemia.
"Pasien yang kekurangan sel darah merah, seperti pasien thalasemia, kanker, atau diabetes kronis, diharuskan melakukan transfusi darah secara rutin. Tetapi, kondisi ini malah membuat zat besi semakin berlebihan," ujar peneliti, Vasilios Antonios Berdoukas, kepada VIVA.co.id di kawasan Cikini, Jakarta.
Kelebihan zat besi di tubuh, ternyata memicu gangguan pada beberapa fungsi organ. Kondisi ini yang akhirnya berdampak pada penyakit berbahaya di tubuh pasien.
"Konsekuensi dari kelebihan zat besi, memicu beberapa kondisi seperti kerusakan pada organ hati, jantung, dan endokrin. Pada pasien thalasemia, biasanya berakibat pada kondisi gagal jantung," paparnya.
Gagal jantung pada pasien thalasemia, juga dipicu oleh kelebihan kadar zat besi akibat transfusi darah rutin. Selanjutnya, kondisi tersebut rentan menjadi penyebab kematian paling utama pada pasien thalasemia.
"Kematian pada pasien thalasemia, paling sering dipicu oleh kegagalan jantung akibat kadar zat besi berlebihan. Kelebihan zat besi juga berisiko pada organ hati, yang nantinya memicu sirosis dan kanker," kata dia. (asp)