Benarkah Bell's Palsy Bisa Sembuh dengan Akupuntur?
- Reuters
VIVA.co.id – Bell's palsy adalah kelumpuhan atau kelemahan pada salah satu sisi otot di wajah yang yang bersifat sementara. Kondisi ini menyebabkan salah satu sisi dari wajah akan terlihat 'melorot'.Â
Salah satu aktris papan atas Hollywood, Angelina Jolie beberapa waktu lalu mengaku kepada media bahwa dirinya menderita Bell's Palsy. Hal itu menyebabkan dirinya harus bersembunyi untuk sementara waktu.
Apa yang menyebabkan Bell's palsy?
Bell's palsy adalah bentuk kelumpuhan wajah yang berawal dari trauma atau kerusakan saraf wajah.
"Otot yang paling sering terkena adalah kelopak mata dan setengah bagian wajah dan bibir sehingga pasien tidak dapat membuka mata atau tersenyum dengan wajah mereka," kata Dr. David Simpson, direktur divisi neuromuskular di Departemen Neurologi di Gunung Rumah Sakit  di New York. Dilansir dari laman Healthline.
Lebih lanjut David mengungkapkan bahwa penderita Bell's Palsy akan terlihat seperti seseorang dengan wajah bengkok (melorot).
Kondisi ini terjadi akibat saraf wajah, yang disebut saraf kranial ke-7, berjalan melalui kanal sempit di tengkorak. Sehingga saraf mengendalikan sensasi dan membantu menggerakkan otot kecil di wajah.
Jika saraf rusak dan berhenti berfungsi maka bisa menyebabkan wajah terkulai. Hal ini juga dapat memengaruhi saluran air mata dan sensasi rasa dari lidah.
Bagaimana cara mengatasinya?
Dalam wawancaranya dengan media, Jolie mengatakan bahwa dirinya memilih pengobatan tradisional akupuntur untuk mengatasi kondisinya saat itu. Jolie mengaku hanya membutuhkan beberapa bulan untuk pulih dan mengembalikan bentuk wajahnya.
Menurut David, pengobatan standar untuk Bell's palsy adalah steroid dan obat antiviral.
"Kedua obat tersebut paling baik dikonsumsi pada beberapa hari pertama Bell's palsy dan diberikan dalam waktu yang cukup singkat selama tujuh sampai 10 hari," kata David.
Terapi fisik juga bisa dilakukan untuk mencoba dan meminimalkan durasi kelumpuhan wajah. Jolie mengatakan bahwa dia menerapkan akupunktur untuk membantunya pulih.
Meski demikian, David mengatakan tidak banyak bukti kuat tentang seberapa efektif akupunktur mengurangi gejalanya.
"Ada beberapa penelitian, dan ada beberapa bukti yang relatif lemah bahwa akupunktur dapat membantu," ujarnya.
Satu analisis yang dipublikasikan menguji 14 penelitian yang menyelidiki pengobatan akupuntur untuk Bell's palsy. Berdasarkan penelitian tersebut disebutkan bahwa pasien yang menerima pengobatan akupunktur terbukti lebih baik dan memiliki gejala lebih sedikit daripada mereka yang tidak menerima pengobatan.
Namun, penulis analisis tersebut memperingatkan bahwa banyak penelitian yang mereka telaah memiliki metodologi yang buruk, dan diperlukan lebih banyak penelitian.
David mengatakan sementara tidak ada bukti bagus bahwa akupunktur membantu, ada juga sedikit risiko yang terkait dengan dilakukannya itu.
"Karena risikonya cukup rendah, jika pasien tertarik dengan akupunktur yang sangat oke," katanya.
Namun bagi pasien yang memiliki gejala bulan sampai bertahun-tahun, ada pilihan lain yang lebih invasif termasuk suntikan botox dan pembedahan untuk membantu memperbaiki penampilan wajah yang melorot.
Kondisi yang dialami Jolie ini ternyata terjadi pada 1 dari 60 orang selama masa hidup mereka. Bell's palsy memengaruhi sekitar 40.000 orang (pria dan anita) di Amerika Serikat setiap tahun, terutama antara usia 15 sampai 60 tahun.
Banyak orang mungkin berpikir mereka mengalami stroke saat mereka mengalami droopiness wajah, namun stroke juga akan menyebabkan kelemahan pada sisi di mana wajah terkulai atau melorot.