Kualitas Obat Buruk, Picu Peningkatan Kasus Malaria
- Pixabay
VIVA.co.id – Kasus malaria di seluruh dunia, masih menjadi perhatian banyak orang karena angkanya yang cukup tinggi. Bahkan, Indonesia termasuk negara yang memiliki angka penyebaran kasus malaria paling banyak.
Di tahun 2015, sebanyak 3,2 juta nyawa di seluruh dunia, berisiko terserang malaria. Bahkan, di tahun yang sama, tercatat sebanyak 438 jiwa meninggal akibat malaria. Kondisi penyakit ini terbilang berakibat fatal.
"Tantangan dalam mengeliminasi angka malaria, dipengaruhi beberapa hal. Salah satu yang paling utama yaitu kualitas dan akses obat yang belum baik," ujar peneliti, Prof. Ric Price, di The 6th International Eijkman Conference, di kawasan Cikini, Jakarta, selasa 1 Agustus 2017.
Buruknya kualitas obat untuk menangani malaria, menjadi perhatian besar di seluruh dunia. Bahkan, Ric menemukan banyaknya kasus obat palsu untuk menangani malaria ini.
"Kualitas obat buruk dan obat palsu, terus berkembang dan menjadikan pengobatan pada malaria tidak efektif. Sistem kesehatan ini yang perlu ditingkatkan lagi," paparnya.
Untuk itu, Ric menegaskan, eliminasi malaria harus dilakukan dengan cara berkolaborasi antara tim medis serta peneliti. Dengan memperkuat sistem kesehatan, Ric meyakini komitmen dunia dalam membasmi malaria di tahun 2030 kelak, akan terwujud.
"Komitmen kami membasmi bersih malaria di asia pasifik pada 2030. Komitmen ini harus diperkuat dengan program eliminasi malaria nasional, perkuat sistem kesehatan, dan fokus serta aktif membunuh parasitnya," kata dia.