Selain Rokok, Ini Penyebab Penyakit Paru Paru Kronik
- Pixabay
VIVA.co.id – Mendengar nama PPOK mungkin tidak terlalu akrab di telinga masyarakat. Padahal PPOK merupakan penyakit fatal yang angkanya cukup tinggi di Indonesia.
PPOK atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik memang tidak terlalu populer. Di berbagai negara pun penyakit ini memiliki nama yang berbeda-beda, namun Anda bisa mencari informasi penyakit ini di internet dengan nama Chronic Obstructive Pulmonary Disorder (COPD). Di Indonesia, asma dan PPOK merupakan penyakit kronis ini menyumbang 10,7 persen dari seluruh penyebab kematian. PPOK memiliki prevalensi 3,7 persen dari populasi penduduk Indonesia.
Ahli penyakit paru dr. Dianiati Kusumo Sutoyo, SpP(K) mengatakan, penyakit ini sangat penting untuk diketahui karena faktor risiko penyakit ini ada di sekitar kita dan yang terbanyak adalah merokok.
"Selain itu polusi udara, gas buang yang ada di udara maupun ruang tertutup seperti asap masakan, polusi lingkungan kerja seperti pabrik-pabrik," kata dokter yang disapa Titi ini kepada VIVA.co.id.
Tingginya angka perokok di Indonesia yang merupakan faktor risiko terbesar, Titi pun menganjurkan agar mereka proaktif untuk memeriksakan diri ke layanan kesehatan. Karena, penyakit ini bersifat progresif lambat dan biasanya penderita datang ketika keadaan sudah dalam stadium sangat lanjut.
PPOK umumnya dimulai dengan peradangan saluran napas atau bisa juga mengenai pembuluh darah sehingga banyak menyebabkan komplikasi penyakit kardiovaskular.
"Stroke, gagal jantung, itu ujungnya adalah PPOK. Jantung koroner, hipertensi, gagal jantung adalah lanjutan dari PPOK, tapi seringkali PPOK-nya tidak dicari padahal dia ada faktor risiko," imbuh Titi.
Masalah under-diagnosis penyakit ini juga masih banyak terjadi. Tidak hanya rokok, bahan-bahan tidak terkait rokok juga bisa menjadi faktor risiko PPOK seperti biomas. Sebuah studi internasional juga mengungkapkan bahwa PPOK yang disebabkan bukan rokok angkanya mencapai 6,3 persen.