Tertutup demi Hindari Konflik, Salahkah?

Ilustrasi wajah.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Sebuah survei yang dilakukan oleh Sariwangi terhadap 531 responden seluruh Indonesia, didapati bahwa 8 dari 10 di antaranya senang berbagi dan bicara dengan orang lain. Namun, tingkat keterbukaan yang tinggi saat berbicara hanya didapati pada 2 dari 5 orang.  

Digelar Hari Ini, Jutaan Warga Berbondong-bondong ke Bilik Suara Pilpres AS 2024

Lantas, apa alasannya? Ratih Ibrahim, psikolog anak dan keluarga menjelaskan bahwa alasan seseorang tidak terbuka sepenuhnya saat bercerita atau curhat pada orang lain adalah untuk menghindari konflik. 

"Kita justru jarang dapat mengungkapkan pengalaman negatif dan pendapat yang apa adanya. Mereka mau menghindari konflik," kata Ratih dalam kampanye #BeraniBicara Sariwangi di kawasan SCBD, Selasa, 9 Mei 2017.

Hari Keberlanjutan Sedunia, Gotong Royong Bersihkan Sampah di Pantai Bali

Hal ini, kata Ratih, justru bukan sesuatu yang baik. Setiap interaksi pasti berpotensi konflik, namun hal itu adalah sesuatu yang wajar. Dengan konflik, seseorang bisa menjadi lebih dewasa dalam menghadapi masalah. 

"Pada saat interaksi, potensi konflik ada, dan yang kita hindari itu proses berkonflik. Ketika konflik itu sehat, kita akan jadi dewasa. Cara menghadapi konflik menunjukkan kematangan kita sebagai pribadi," kata dia.  

Kesenjangan Gender: Hanya 1 dari 10 Perempuan yang Pegang Peran Kepemimpinan
Jungkook BTS

Tak Disangka, 5 Artis Tampan K-Pop Ini Ternyata Seorang Introvert

Mulai dari D.O EXO hingga Taemin SHINEE.

img_title
VIVA.co.id
28 Juni 2018