Berjemur, Cara Termurah Penuhi Kebutuhan Vitamin D

Ilustrasi cuaca panas
Sumber :
  • Pixabay/sasint

VIVA.co.id – Vitamin D sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang. Namun, vitamin ini sangat sulit ditemukan, khususnya dalam bentuk makanan.

Mengapa Jamur Salju Jadi Viral? Temukan 7 Khasiat Luar Biasa untuk Kesehatan

Cara paling murah dan tepat mendapatkan vitamin D yakni melalui sinar matahari. Sayangnya, pemakaian tabir surya sendiri menghambat penyerapan vitamin D secara utuh di dalam tubuh.

"Vitamin D itu bisa dari makanan dan sinar matahari, tapi paling bagus yaitu sinar matahari dan langsung diaktifkan di bawah kulit. Tapi, pemakaian sunblock dan kaos lengan panjang itu mengurangi penyerapan vitamin D dari sinar matahari itu," ujar Kepala Departemen Medik Ilmu Gizi RSU Cipto Mangunkusumo, Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MS, MSc, SpGK (K) saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta, Senin 8 Mei 2017.

Benarkah Vitamin D Bisa Cegah Tumbuhnya Uban? Begini Penjelasannya

Untuk itu, Fia menganjurkan agar masyarakat mau untuk lebih aktif bergerak di luar ruangan. Sebab, meski hanya beberapa menit, paparan sinar matahari sangat berguna untuk tubuh.

"Misal pas jam makan siang, coba jalan keluar kantor sekalian cari makan. Paparan sinar matahari paling bagus kalau dekat jam 12 siang, karena itu jarak dari bumi ke matahari paling dekat sehingga vitamin D paling banyak," ucapnya melanjutkan.

Bentuk Kaki X Taruna Akpol yang Cekik Perwira Disorot Warganet: Kok Bisa Lolos?

Namun, paparannya juga tidak dianjurkan terlalu lama yakni hanya 15 menit. Sebab, risiko kanker kulit mengintai pada paparan sinar ultraviolet (UV) yang terlalu lama. Meski begitu, masih ada hal lain yang bisa Anda lakukan untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup.

"Bisa dapat sinar matahari yang jam 8 pagi atau 5 sore, meski enggak terlalu banyak. Tapi itu mencukupi kebutuhan tubuh akan vitamin D,” katanya.

Osteoporosis

2 dari 5 Orang Indonesia Berisiko Osteoporosis, Ini Nutrisi dan Gaya Hidup yang Harus Diperhatikan

Di Indonesia, 2 dari 5 orang berisiko terkena osteoporosis, dengan 41,2 persen orang berusia di bawah 55 tahun sudah mengalami osteopenia atau kepadatan tulang menurun.

img_title
VIVA.co.id
29 Oktober 2024