Panggang Api, Tradisi di NTT Redakan Pegal Usai Melahirkan
- VIVA.co.id/ Rintan Puspitasari
VIVA.co.id – Beragam budaya dan tradisi ada di Indonesia, semuanya sudah ada turun-temurun, bahkan tetap diikuti hingga sekarang tanpa diketahui makna atau manfaat di balik budaya atau tradisi tersebut.
Seperti Jawa Tengah, ada tradisi Mandi Wuwung, meski saat ini, tradisi tersebut sudah tidak ada lagi. Mandi Wuwung--menyiramkan air dari atas, dari arah ubun-ubun dan harus mengenai mata.
Di Nusa Tenggara Timur, juga ada tradisi turun-temurun, budaya Panggang Api. Tradisi ini sempat menjadi warisan budaya yang wajib dijalani para ibu setelah melahirkan beserta bayinya.
"Sesungguhnya ada di beberapa tempat (budaya Panggang Api), dan kita terus mempengaruhi bahwa panggang api tidak menyelesaikan masalah," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dr. Kornelis Kodi Mete, di Soe, Nusa Tenggara Timur.
Menurutnya, budaya panggang api yang selama ini dianggap sebagai solusi oleh masyarakat lokal untuk menyembuhkan rasa pegal usai melahirkan sebenarnya bukan menyelesaikan masalah, karena budaya ini justru berdampak buruk bagi kesehatan, baik ibu dan bayinya. Mulai dari masalah pernapasan, luka bakar, anemia, bahkan berujung pada kematian.
"(Panggang api) Dilakukan di kampung, untuk menghilangkan rasa pegal, padahal sebetulnya tidak perlu, tapi karena itu yang diajarkan orangtua pada mereka, budaya itu jadi turun temurun," ujarnya.
Rasa pegal tersebut timbul karena mukuh (mengejan) di waktu yang tidak tepat, sehingga calon ibu mengeluarkan tenaga lebih banyak. Solusi sebenarnya adalah dengan mengonsumsi makanan sarat gizi, sehingga bisa terhindar dari berbagai macam penyakit. "Tinggal di suplemen, dengan makanan, vitamin dan obat yang bagus," ujarnya.
Namun, tradisi ini berangsur hilang dari daerah NTT. "Dulu ada (tradisi Panggang Api), sekarang tidak ada, sejak revolusi KIA Tahun 2007," kata Yemi A Manafe, Bidan di Puskesmas Siso, Mollo Selatan, Timor Tengah Selatan, NTT.
Tradisi Panggang Api yaitu memasukkan bara api di bawah tempat tidur, tetapi di daerah pedalaman melakukannya dengan memasukkan api yang menyala, seperti memanggang daging. (ren)