Masyarakat Sehat di NTT Tak Lebih dari 17 Persen
- Pixabay
VIVA.co.id – Ternyata masyarakat sehat di Nusa Tenggara Timur jumlahnya tak lebih dari 17 persen. Hal itu diungkapkan Kepala Badan Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) NTT, Apolonaris Berkanis kepada VIVA.co.id beberapa waktu lalu.
Selain itu, ia juga menambahkan bahwa rendahnya angka masyarakat tak sehat di NTT ini juga di dominasi oleh permasalahan lainnya beberapa diantaranya adalah tingginya angka penderita hipertensi yang berobat tak teratur (61,1 persen), masih terdapat perokok dalam keluarga sebanyak (75,7 persen), dan belum menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional sebanyak (60,4 persen).
Tantangan lainnya, adalah masih terdapat 350 Puskesmas atau 90 persen yang belum mengikuti pelatihan Keluarga Sehat karena kendala geografis kepulauan.
Menanggapi hal itu, Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. Nila Moeloek, Sp.M(K) dalam kunjungan kerjanya ke kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), menilai bahwa NTT adalah provinsi yang memiliki potensi pelatihan Keluarga Sehat, karena kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan relatif rendah.
"Kita punya tugas berat. Setiap orang berhak mempunyai BPJS Kesehatan padahal disini pesertanya masih sekitar 31 persen," ujar Menkes ditemui di lokasi yang sama.
Sementara itu, penyelenggaraan pelatihan keluarga sehat yang telah dilakukan pada 2017 di NTT baru fokus pada 137 Puskesmas atau 10 persen dari 22 kota per kabupaten pada tahun pertama.
Menanggapi kondisi ini, Kepala Badan PPSDM Kemenkes RI drg. Usman Sumantri, M.Sc. mencermati penanganan pelatihan Keluarga Sehat di 387 Puskesmas se-NTT harus terus didorong mengingat pelaksanaanya baru setahun berjalan.
"Ini era otonomi dan ada second liner. Daerah mulai melatih dengan dananya sendiri," urai Usman.
Komitmen Kemenkes membangun kesehatan masyarakat melalui target sasaran pelatihan Keluarga Sehat meliputi 9 provinsi, 64 kabupaten dengan jumlah Puskesmas secara bertahap bertambah setiap tahun.
Untuk memberikan dukungan pelatihan Keluarga Sehat ke daerah-daerah, dibutuhkan fasilitator yang memiliki kompetensi melatih, oleh karena itu diselenggarakan pelatihan bagi pelatih atau yang dikenal dengan istilah Training of Trainer (TOT).