Banyak Konsumsi Makanan Asin Bikin Cepat Haus, Benarkah?
- Pixabay
VIVA.co.id – Setelah berolahraga, kita disarankan untuk menghindari terlalu banyak konsumsi makanan asin (garam) karena akan menyebabkan cepat haus. Pasalnya sehabis berolahraga, tubuh sedang dalam kondisi kekurangan cairan, sehingga konsumsi garam akan memicu dehidrasi. Benarkah demikian?
Ternyata hal tersebut tidaklah benar. Sebuah studi yang dilakukan di Jerman Aerospace Center, Max Delbruck di Pusat Kedokteran Molekuler dan Vanderbilt University di Tennesse membuktikan hal tersebut.
Penelitian yang dilakukan dalam simulasi penerbangan ke luar angkasa (mars) ini melibatkan sepuluh responden yang dikunci di dalam sebuah simulasi pesawat luar angkasa.
Hasilnya, para responden yang 'banyak' mengonsumsi makanan asin membuatnya lebih sedikit minum. Sehingga hal itu memicu mekanisme ginjal untuk menghemat air.
Melalui penelitian ini para ilmuwan percaya, bahwa diet tinggi garam mampu memicu eritrosit pada tubuh sehingga menghasilkan banyak urea.
Dilansir The Sun, urea adalah senyawa yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Senyawa ini terbentuk melalui proses oksidasi yang terjadi pada hati.
Sedangkan eritrosit atau sel darah merah yang sudah rusak (120 hari) dapat dirombak menjadi 'haemo' dan 'globin'.
Selanjutnya 'haemo' akan diubah menjadi zat warna empedu yaitu bilirubin dan urobilin yang mengandung urea dan amonia yang akan keluar bersama urine dan feses.
Dalam penelitian ini, dilakukan uji coba preklinik yaitu dengan hewan uji coba tikus. Pada tikus-tikus percobaan tersebut menghasilkan lebih banyak urea atau zat limbah yang dihasilkan di hati selama pencernaan dan diekskresikan dalam urine.
Kepala penelitian ini, Prof. Friedrich C. Luft, Direktur Rumah Sakit Charite University, di Berlin, mengatakan bahwa konsumsi banyak garam ternyata tidak menambah haus.
"Urea ini bukan semata-mata produk limbah. Namun sebaliknya, dapat berguna sebagai osmolyte (komponen yang timbulkan reaksi osmosis), sehingga urea ini juga menjadi senyawa yang mengikat air dan membantu mengangkutnya," ujarnya.
Kemudian Friedrich menambahkan bahwa fungsi senyawa itu untuk menyimpan air di dalam ketika tubuh kita menyingkirkan garam.
Sebelum penelitian ini, para ilmuwan percaya bahwa beban ion natrium dan klorida dalam garam mengambil molekul air dan membawa mereka ke dalam urine. Temuan baru ini mengubah cara para ilmuwan untuk berpikir tentang proses di mana tubuh mencapai homeostasis air, mempertahankan jumlah yang tepat dan keseimbangan.
Prof. Jens Titze, MD dari University of Erlangen dan Vanderbilt University Medical Center, mengatakan bahwa dirinya harus melihat proses ini sebagai kegiatan bersama dari hati, otot dan ginjal.