Perawatan Paliatif Bisa Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien
- Pixabay/Unsplash
VIVA.co.id – Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lebih dari 40 juta orang di dunia membutuhkan perawatan paliatif atau perawatan yang berkonsentrasi pada pengurangan keparahan gejala penyakit. Sayangnya, hanya 14 persen, yang menerima perawatan tersebut.
Itu karena pengetahuan tentang perawatan paliatif, terutama di Indonesia masih sangat rendah. Padahal, perawatan ini sangat penting untuk menghadapi sejumlah penyakit tak menular.
"Paliatif merupakan jenis perawatan yang belum banyak dikenal di masyarakat. Padahal, perawatan paliatif sekarang sudah menjadi bagian integral dari pendekatan terapetik (hasil penanganan medis sesuai dengan keinginan) terhadap pasien tidak menular seperti kanker," kata Prof. Dr. dr. Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP selaku ketua umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dalam seminar Kepatuhan dan Perawatan Paliatif Kedokteran Terbaik bagi Pasien Kanker di Jakarta, Sabtu, 8 April 2017.
Aru melanjutkan, tipe perawatan paliatif tidak hanya menekankan gejala fisik, tapi juga meningkatkan kualitas hidup seorang pasien. Karena itu, perawatan ini perlu disosialisasikan secara luas kepada masyarakat.
"Perawatan paliatif perlu disosialisasikan kepada masyarakat, selain dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, juga bagi keluarganya yang berhadapan langsung dengan penyakit yang mematikan tersebut, baik secara fisik, secara psikososial ataupun spiritual,” tutur dia.
Aru menjelaskan, tim perawatan paliatif terdiri atas berbagai ilmu dan profesi, tergantung dengan kebutuhan pasien. Untuk mengatasi gangguan fisik pada pasien, ditangani oleh para tenaga medis, mulai dari ahli gizi, perawat, dokter, dan apoteker.
Sementara itu, untuk masalah psikososial dan spiritual, menurut Dr. Siti Annisa Nuhonni selaku ICF Palliative Care Trainer, dapat dilakukan oleh pihak lain yang berkompeten. "Untuk membantu menenangkan pasien dan keluarga, tim perawat juga akan menolong pasien dengan melibatkan tokoh agama sesuai kepercayaan yang dianutnya untuk memberikan rasa tenteram dan damai," kata dia.
Pasien dengan penyakit serius ini dapat berdampak pada kondisi emosi dan sosial, yang ditunjukkan dengan perasaan takut, marah, depresi, dan terkadang emosi yang tidak terkontrol, demikian juga dengan keluarga pasien. Dalam perawatan paliatif yang mencakup konseling, banyak dilakukan diskusi dengan sesama pasien yang memiliki riwayat penyakit serupa, sehingga dapat mengurangi beban emosi dan sosial.
Karena itu, Aru berharap masyarakat Indonesia dapat berpartisipasi aktif mulai memberikan perawatan paliatif terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit serius. “Ini sebagai langkah meningkatkan kualitas hidup, baik bagi pasien maupun anggota keluarga lainnya,” tutur dia. (art)