Kenapa Orang Selalu Cek Ponsel?

Ilustrasi ponsel pintar.
Sumber :
  • Pixabay/kaboompics

VIVA.co.id – Entah saat menunggu antrean, bis atau kereta, atau seorang teman yang berjanji bertemu di sebuah kafe, Anda pasti memilih mengisi waktu kosong itu untuk membuka berbagai aplikasi di ponsel.

Postingan Instagram Bisa Prediksi Kondisi Mental Pemiliknya

Begitu ponsel bergetar atau berbunyi dari sebuah notifikasi, apakah Anda segera mengecek untuk melihat apa yang muncul? Apakah Anda merasa tidak sabar ketika ponsel bergetar di dalam saku tapi Anda tahu tidak bisa mengeceknya?

Itu merupakan dorongan kompulsif yang sulit ditolak banyak orang saat ini. Namun, menurut Sharon Begley, penulis buku Can't Just Stop: An Investigation of Compulsions, ada alasan psikologis di balik hal tersebut.

Kapan Waktu Tepat ke Psikolog?

Penelitian di tahun 1950-an menunjukkan bahwa karena dopamin bisa membuat senang, ini adalah kesenangan yang membuat orang kecanduan. Tapi sekarang, kita tahu lebih baik.

"Apa yang muncul dalam beberapa tahun terakhir adalah bahwa sirkuit dopamin sebenarnya dapat memprediksi seberapa banyak Anda bisa menyukai sesuatu dan seberapa banyak kesenangan yang bisa Anda dapat. Sirkuit itu akan mengkalkulasi seberapa banyak realitas yang sesuai dengan prediksi atau kurang," jelas Begley dilansir The Independent.

Studi: Menikah Membuat Tubuh Pria Tetap Langsing

Dia melanjutkan, gagasan yang muncul itu terjadi apabila saat kenyataan tidak sesuai, kita merasa dopamin itu menurun. Hal itu membuat perasaan menjadi buruk, jadi kita terus berusaha melakukan sesuatu yang akan membuat realita itu sesuai dengan harapan kita.

"Hal itu, bagi saya, cocok dengan dorongan tadi, karena hal yang kita lakukan tersebut sebenarnya tidak menyenangkan seperti itu. Tapi lebih kepada sirkuit bahan bakar dopamin, kesenangan, dan hadiah yang membuat kita merasa buruk," katanya.

Jadi, yang membuat kita kecanduan mengecek telepon pintar sebenarnya bukan dorongan untuk, katakanlah, membaca komentar di media sosial, tapi seringkali lebih kepada antisipasi dari komentar yang muncul. Sebenarnya membaca komentar tidak memenuhi apa yang kita harapkan.

Menurut Begley, ini artinya kita merasa terdorong untuk terus mencoba hingga ada hal yang sangat menyenangkan. Jika tidak pernah, maka Anda akan terus berada dalam kemerosotan dopamin abadi ini.

Bermain game adalah salah satu contoh utama bagaimana candu seperti itu bekerja, dan sudah ada debat etis di industri ini mengenai apakah tepat membuat orang secara sadar terpaku pada hal ini.

"Tidak bisakah game hanya menjadi hal menyenangkan dan tidak memiliki efek jahat ini dengan cara menggambarkan bagaimana otak bekerja?" tanya Begley.

Begley meyakini bahwa kalau kita ingin tidak begitu bergantung pada telepon, kita harus bisa mengidentifikasi sumber kecemasan kita. Tanyakan pada diri Anda, "Seberapa buruk hal yang akan terjadi jika saya tidak membaca pesan itu segera?", "Seberapa buruk yang terjadi bila saya membaca semua pesan atau email yang masuk dalam satu atau dua jam, atau di penghujung hari?".

Anda harus membangun diri Anda secara perlahan dengan pelan-pelan mengurangi waktu melihat ponsel, mulai dari satu jam, kemudian saat makan malam, dan cobalah tidak menjadikan mengecek ponsel sebagai hal pertama yang dilakukan setiap pagi.

Dwi Hartanto (kiri)

Penyebab Dwi Hartanto "The Next Habibie" Berbohong

Mengaku punya segudang prestasi, belakangan bohong belaka.

img_title
VIVA.co.id
10 Oktober 2017