Perokok Berisiko Delapan Kali Lipat Terkena Kanker Paru
- Pixabay
VIVA.co.id – Kanker paru kini menjadi kanker pembunuh nomor satu pada pria. Salah satu faktor risiko utama penyakit ini adalah rokok selain juga polusi udara.
Kondisi ini pun hampir sama di seluruh dunia. Asap rokok menjadi pemicu semakin tingginya kasus kanker paru. Namun, yang lebih memprihatinkan adalah Indonesia memiliki jumlah perokok tertinggi ketiga di dunia.
Dokter spesialis paru Dr. dr. Elisna Syahruddin, SpP(K), PhD menuturkan, di tempatnya berpraktik di RSUP Persahabatan, ada 648 kasus baru kanker paru setiap tahunnya.
Meski demikian kanker paru tidak terjadi dalam waktu singkat. Sebuah sel yang berkembang menjadi kanker pasti sudah mengalami proses yang lama.
"Tidak ada kanker yang sekarang berubah jadi sel kanker lalu besok bisa terlihat. Kanker yang ketemu 1 sentimeter saja itu sudah bermula dari 10 tahun lalu," kata dr. Elisna kepada VIVA.co.id di acara edukasi dan skrining kanker di kawasan Sudirman, Jakarta, Minggu 12 Februari 2017.
Itulah kenapa diperlukan deteksi dini bagi kelompok yang berisiko. Yaitu mereka yang sudah berusia di atas 40 tahun dan perokok aktif maupun yang sering terpapar asap rokok atau yang disebut dengan perokok pasif.
dr. Elisna melanjutkan, deteksi ini penting dilakukan karena para perokok ini memiliki risiko kanker paru delapan kali lipat dibandingkan yang tidak merokok.
Meski begitu, memang tidak semua perokok pasti berpotensi mengalami kanker karena perkembangan kanker itu tergantung pada kemampuan sel dalam tubuhnya.
"Dari jaringan normal menjadi tidak normal itu ada fasenya. Ada fase inisiasi dan promosi," jelas dr. Elisna.
Pada fase promosi, jaringan masih bisa diperbaiki menjadi normal jika tubuh dalam kondisi yang baik. Karena itulah, pada masa ini sangat dianjurkan untuk berhenti merokok karena tubuh memiliki kemampuan untuk membunuh sela yang tidak normal tersebut.
Namun, jika sudah melewati fase promosi artinya sudah tumbuh sel kanker dan kemungkinan untuk diselamatkan sudah menipis.
Dalam perkembangan fase tersebut pun setiap orang memiliki kecepatan yang berbeda-beda. Tergantung pada daya tahan tubuh dan kondisi gizinya. Ketika menjadi kanker pun tidak otomatis menimbulkan keluhan.
"Paru-paru itu luas jadi kalau dia muncul di pinggir paru bisa tidak dirasakan. Kalau menimbulkan batuk pun akan dianggap batuk biasa saja," imbuh dr. Elisna.