Rokok Elektrik Picu Gangguan Kardiovaskuler
- pixabay/LindsayFox
VIVA.co.id – Penggunaan rokok elektrik atau Vape, sebagai pengganti rokok tembakau, belakangan kembali menjadi tren. Namun tahukah Anda, di balik kenikmatannya, rokok ini menyimpan bahaya bagi kesehatan.
Sebuah penelitian terbaru menunjukkan, bahwa pengguna rokok elektrik memiliki risiko peningkatan kadar adrenalin jantung dan stres oksidatif atau kelebihan kadar radikal bebas dalam tubuh. Baik rokok konvensional maupun elektrik memiliki efek negatif bagi kesehatan kardiovaskuler.
Studi ini dilakukan oleh University of California, Los Angeles. Penelitian ini membandingan 23 pengguna aktif rokok elektrik dan 19 orang sama sekali tidak merokok baik konvensional maupun elektrik. Semua partisipan berkisar di usia 21 hingga 45 tahun.
Mengutip dari laman Metro, berdasarkan penelitian ini, Nikotin yang menjadi bahan bioaktif utama dalam cairan rokok elektrik ini dapat menimbulkan efek fisiologis yang memicu peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler. Dari penelitiani ini juga diungkapkan bahwa pemeriksaan terhadap nikotin pada cairan rokok elektrik ini sangat perlu dilakukan.
Sejak kapan Vape Populer?
Sekedar diketahui, vape pertama kali dijual di Inggris pada 2005 dan mulai digemari di Amerika setelahnya. Banyak yang percaya bahwa rokok ini dianggap lebih aman ketimbang rokok konvensional. Sebanyak 2,6 juta orang Inggris dan 9 juta penduduk Amerika menghisap vape ini, namun masih belum ada penelitian vape dengan keterkaitannya pada penyakit kardiovaskuler.
"Meskipun terkenal sebagai alat untuk membantu seseorang berhenti merokok, namun vape ini masih belum diatur penggunaannya dan mengandung banyak nikotin dan senyawa kimia lain. Ini dapat menjadi suatu bahaya dan penelitian ini menunjukkan risiko apa saja yang mungkin terjadi." ujar Christopher Allen, Senior Cardiac Nurse di British Hearth Foundation.
"Dalam jangka pendek, vape memang dapat berguna sebagai langkah awal berhenti merokok, namun tujuan utamanya adalah tentu juga berhenti menggunakan rokok elektrik."
Namun, studi ini juga sempat mendapat kritik. Salah satunya datang dari juru bicara asosiasi industri rokok elektrik atau vape Inggris, UK Vaping Industry Association. Menurut pihak yang tidak disebutkan namanya ini, studi yang dikeluarkan tidak melihat keuntungan dari penggunaan rokok elektrik dalam fungsinya sebagai alternatif untuk berhenti merokok.
"Public Health England menyatakan bahwa vaping 95 persen lebih aman ketimbang rokok konvensional. Penelitian ini, seperti kebanyakan penelitian lain tidak membandingkan secara langsung pengguna vape dan perokok konvensional dan tidak menyebutkan manfaat vaping untuk kesehatan pada para perokok." (mus)