Rutin Hisap Vape, Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

Rokok Elektrik di Prancis
Sumber :
  • REUTERS/Christian Hartmann

VIVA.co.id – Vape belakangan ini sedang digandrungi kalangan muda. Rokok elektrik ini tidak mengeluarkan emisi pembakaran, selain itu uap yang dihasilkan mengandung aroma dan sangat berbeda dengan rokok tembakau yang kita kenal selama ini. Meskipun terkesan aman untuk digunakan, namun ternyata alat ini juga menimbulkan risiko yang sama dengan rokok konvensional, bahkan lebih.

Arvindo Sebut Penerapan Kemasan Polos Bikin Rugi Industri Rokok Elektronik

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa melakukan vaping secara rutin ternyata bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal JAMA Cardiology ini membuktikan bahwa rutin menghisap vape justru mampu meningkatkan faktor pemicu sakit jantung.

Soal Kemasan Polos Tanpa Merek, Pelaku Industri Rokok Elektronik Sebut Picu Efek Domino Negatif

Hal tersebut dibuktikan berdasarkan pemeriksaan terhadap vapers (penggemar vape). Para ahli membandingkan 23 pengguna vaping atau vaper selama satu tahun, dengan 19 orang yang tidak merokok. Mereka yang mengikuti penilitian ini memiliki rentang usia antara 21 hingga 45 tahun.

Dr. Holly Middlekauf dari University of California, Los Angeles, mengatakan bahwa meski terlihat sehat, efek nikotin pada vape masih ada.

MURI Berikan Rekor untuk Perusahaan Rokok Elektrik Terlama di Indonesia

"Nikotin, yang merupakan bahan bioaktif utama dalam bahan aerosol rokok elektrik, bisa memberi efek merugikan yang bisa memicu risiko kardiovaskuler diantara para pengguna rokok elektrik,"jelasnya seperti dikutip dari The Sun.

Ia menambahkan, bahwa label yang diberikan pada vaping sebagai gerbang untuk berhenti merokok, justru mereka memicu munculnya generasi perokok baru. mereka mengurangi racun tembakau namun tidak dengan nikotin.

Sementara itu, Christopher Allen, perawat senior bagian jantung di British Heart Foundation juga mengungkapkan hal yang sama.

"Rokok elektrik menjadi terkenal sebagai alat untuk berhenti merokok, namun sesungguhnya isi vape tidak diatur. Justru hal lain yang harus dikhawatirkan adalah kandungan nikotin dan zat kimia di dalamnya," ujarnya.

Christoher juga menambahkan bahwa penggunaan vaping dalam jangka waktu pendek bisa menjadi batu loncatan untuk berhenti merokok, namun tujuan utamanya adalah tidak menggunakan rokok elektrik juga.

Profesor Charalambos Viachopoulos dari University of Athens Medical School juga menyerukan hal yang sama. Ia mengatakan bahwa rokok elektrik jauh lebih berbahaya dibanding apa yang dipikirkan orang selama ini.

"Rokok elektrik memang lebih berbahaya jika dibanding rokok tradisional. Ada kemungkinan bahaya ancaman kesehatan jantung di dalamnya. Saya tidak akan merekomendasikan benda ini sebagai solusi untuk berhenti merokok," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya