Kanker Serviks Menular Tak Hanya Lewat Hubungan Seks
- Pixabay/Unsplash
VIVA.co.id – Human papillomavirus atau HPV merupakan virus yang dapat menyebabkan kutil di berbagai bagian tubuh termasuk pada alat genital.
Ada beberapa jenis HPV genital yang dapat memicu kanker leher rahim atau serviks, serta kanker pada anus dan penis. WHO (World Health Organisation) memperkirakan sekitar 99 persen kasus kanker serviks berhubungan dengan infeksi HPV pada genital.
Tidak seperti kanker payudara yang memiliki tanda dengan adanya benjolan, gejala kanker serviks sulit dikenali pada tahap awal, bahkan pada beberapa kasus tidak menujukkan gejala sama sekali. Kanker seviks hampir tidak memiliki gejala awal.
Sebab itu, dr Fara Vitantri, SpOG (K) Onk, dokter dari rumah sakit Siloam TB Simatupang menjelaskan bahwa banyak penderita yang terinveksi tidak bisa mengenali dan mendeteksinya pada tahap awal. Sehingga jika tidak rutin untuk memeriksakannya, kemungkinan human papilloma virus, yang merupakan birus penyebab kanker sudah berkembang biak di rahim.
"Jadi memang tidak ada keluhan sama sekali pada stadium dini," ungkap Fara saat ditemui VIVA.co.id, di rumah sakit Siloam TB Simatupang, Kamis, 2 Februari 2017.
Menurut Fara, jika mengalami keputihan yang tidak kunjung berhenti dan juga tidak kunjung sembuh, besar kemungkinan bahwa seorang mengalami kanker serviks.
Di samping itu, Farah juga menambahkan bahwa jika terjadi pendarahan tidak normal dari vagina, termasuk flek, hal ini juga merupakan gejala yang sering terlihat dari kanker serviks.
"Pendarahan biasanya terjadi setelah berhubungan seks, di luar masa menstruasi, atau setelah menopause," ungkap dia
Selain itu jika telah terinveksi kanker serviks biasanya juga akan muncul gejala seperti nyeri pinggul, penurunan berat badan, gangguan pada BAA, dan juga ganguan ginjal.
Tidak selalu karena hubungan seksual
Sementara itu, selama ini kanker serviks, seringkali dianggap hanya menular melalui hubungan seksual. Padahal menurut dr Fara kanker serviks juga bisa menular melalui rute nonseksual.
"Memang paling banyak melalui hubungan seksual baik normal, maupun (yang lainnya), artinya semua yang melibatkan alat kelamin, tapi juga ada rute non seksual," ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa seorang ibu hamil yang memiliki penyakit kutil pada dinding rahimnya, juga bisa menimbulkan risiko penularan HPV pada anak yang dilahirkannya.
Dia melanjutkan, risiko lainnya yang juga bisa menularkan HPV yakni pada peralatan kerja dokter saat operasi yang tidak steril dan tidak bersih sehingga virus tadi menetap dan berpotensi menular.
"Kemudian yang kedua rutenya itu lewat gloves (sarung tangan, HPV itu mengenai serviks itu kan harus ada yg mengantarkan sekarang, intinya adalah apapun yang bisa mengantarkan ke situ," ungkap dia.
Namun dia menegaskan bahwa hal ini sangat jarang sekali ditemukan. Karena dalam melakukan kerjanya dokter di rumah sakit juga memiliki standar khusus, sehingga risiko terjadinya hal ini sangat kecil, tetapi kemungkinannya tetap ada.
"Setelah dipakai (sarung tangan) memang harus dibuang, kemudian alat, misal untuk periksa dalam misal papsmear ada cocor bebek, itu harus di sterilisasi," kata dia.
Untuk itu, dia juga menyarankan untuk selalu menjaga kebersihan dari alat kelamin dan juga alat yang kontak langsung dengannya.