Lawan Stigma Negatif Kusta, Cegah Cacat Tubuh Pada Anak
- Pixabay/Unsplash
VIVA.co.id – Data WHO tahun 2015, beban penyakit kusta di Indonesia masih terhitung tinggi. Sementara itu, WHO mencatat kecacatan anak akibat kusta, angkanya lebih dari setengah kasusnya di dunia.
Eliminasi global terhadap kusta sebagai masalah kesehatan, masih menjadi beban kehidupan individu, yang tentu saja memberi dampak pada keluarga dan masyarakat. Beban yang masih dialami oleh individu yakni mengenai kecacatan akibat kusta.
"Kecacatan tak begitu saja muncul dalam semalam, tetapi setelah penyakit lama yang tidak terdiagnosa. Maka dari itu, masyarakat harus paham deteksi dini untuk kunci pencegahan kecacatan akibat kusta," ujar WHO Regional Director, Dr. Poonam Khetrapal Singh, dalam siaran pers yang diterima VIVA.co.id pada Senin 30 Januari 2017.
Sebab, deteksi dini menjadi awal dari intervensi awal, yang memberikan kesempatan sembuh total dengan obat Multi Drug Therapy (MDT) yang sudah ada sejak tahun 1980-an. Sayangnya, deteksi dini pada kusta, masih sangat terhambat oleh stigma negatif.
"Lembaga masyarakat dan non pemerintah harus disertakan dalam kampanye mengenyahkan stigma terkait kusta, dan meruntuhkan diskriminasi terhadap mereka yang tertular kusta dan keluarga mereka," lanjutnya.
Selama masih ada penularan kusta, kecacatan akan terus timbul tanpa henti, akibat stigma dan diskriminasi yang terus berlanjut. WHO berharap, dengan hilangnya stigma negatif, maka deteksi dini bisa dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat, tanpa malu mengakui kondisi penyakit kusta tersebut.
"Perang terhadap stigma masyarakat harus dilakukan dengan gencar agar target penurunan kecacatan akibat kusta, bisa dilakukan," kata dia.