Khasiat Jus Apel Mengatasi Batu Empedu
- Boldsky.com
VIVA.co.id – Batu empedu terbentuk akibat pengerasan kolesterol yang tertimbun dalam cairan empedu. Munculnya batu empedu seringkali tidak diketahui. Karena umumnya keberadaan batu empedu ini tidak menyebabkan sakit, kecuali jika batu ini menyumbat saluran kantung empedu.
Penyumbatan saluran kantong empedu ini menyebabkan penderita akan mengalami gejala kolik bilier atau sakit pada bagian kanan perut yang datang secara tiba-tiba.
Membuang batu empedu bukan hal yang mudah, biasanya harus melalui sebuah proses operasi oleh dokter ahli bedah. Namun, beberapa kabar beredar bahwa batu empedu bisa dengan mudah dikeluarkan dengan konsumsi sari apel secara berkala. Benarkah demikian?
Salah satu praktisi medis alami, dr. George J Georgiou, Ph.D., mengatakan telah mengawasi lebih dari 200 orang di kliniknya terkait pembuangan batu empedu alami. George merekomendasikan dengan bahan alami seperti jus apel, minyak zaitun, garam inggris dan jus lemon.
Ia menyarankan jus apel segar diminum dalam waktu 14 hari untuk membersihkan kandung kemih dan melembutkan batu empedu, disertai dengan tidak menenggak obat, vitamin, pil dan lemak saat sarapan dan makan siang. Di hari ke-14, campuran garam dan air dingin dikonsumsi, lalu diikuti dengan campuran minyak zaitun dan perasan lemon. Maka keesokan harinya batu empedu akan keluar secara alami disertai buang air besar.
Jus apel juga disarankan oleh dr. Lai Chiu, di mana sangat baik dikonsumsi untuk organ hati. Sebab, organ hati dan batu empedu memiliki kaitan yang cukup erat. Lai menjelaskan bahwa bahan-bahan alami di atas mampu membuat batu empedu keluar dengan warna hijau dan jumlah yang tidak sedikit.
Namun, hal ini masih dipertanyakan keamanan dan manfaat sebenarnya. Dari jurnal di PubMed Health berjudul Chinese Medicinal Herbs for Cholelithiasis, memaparkan efek bias dari penggunannya terhadap batu empedu.
Studi itu menemukan bahwa tidak ada manfaat dari konsumsi bahan-bahan herbal terhadap gejala ringan atau sedang pada batu empedu. Sehingga dibutuhkan uji coba lebih lanjut agar mengurangi risiko lain pada konsumsi bahan herbal dan memungkinkan adanya pengkajian lebih dalam terhadap banyaknya hasil-hasil klinik yang telah menyebar.
(ren)