Sunat pada Laki-laki Kurangi Risiko Gangguan Penyakit

Ilustrasi khitan/ sunatan
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id – Tidak bisa dipungkiri, sunat memiliki manfaat yang begitu banyak. Sehingga, saat seorang anak laki-laki belum melakukan sunat, tidak menutup kemungkinan hadirnya berbagai penyakit, bahkan kanker pada kulit alat kelamin.

1.000 Napi HIV Diusulkan Dapat Amnesti dari Presiden Prabowo

Menurut dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS, banyak sekali manfaat sunat bagi pria yang telah melakukannya. Salah satunya, pada kasus penyakit menular seksual seperti HIV.

Lebih dari 80 persen kasus HIV tertular dari penis yang tidak disunat. Terlebih, pria yang tidak disunat memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker prostat, dan pria dewasa yang disunat lebih kecil 4,5 kali terkena risiko HIV/AIDS.

Kenali Penyakit Sifilis, IDI Botawa Berikan Informasi Pengobatan yang Tepat

"Laki-laki yang disunat, risiko tertular HIV lebih rendah karena rendahnya risiko penis yang lecet saat berhubungan intim. Jika kulit penis gampang lecet, tidak hanya timbulkan nyeri tapi juga mudah tertular penyakit, salah satunya HIV," ujar dokter spesialis bedah itu di kawasan Tebet, Jakarta, Selasa 13 Desember 2016.

Selain itu, saat tidak dilakukan sunat pada kaum pria, tidak dapat mencegah kejadian fimosis. Di mana, fimosis ini menjadi pemicu timbulnya kanker pada kulit penis.

Angka Kasus HIV/AIDS di Indonesia Tinggi, Kapan Seseorang Perlu Tes HIV?

Fimosis merupakan kondisi kepala penis yang alami penyempitan, yang salah satunya diakibatkan oleh peradangan lubang pada kulit penis. Dengan peradangan terus menerus, membuat kulit mengalami kerusakan secara kontinu dan akhirnya memicu kanker.

"Karsinoma sel skuamosa terbatas pada epidermis. Biasanya, pada penis akan timbul kulit yang tampak coklat kemerahan, keropeng, dan timbul bercak yang menyerupai psoriasis atau dermatitis," tuturnya.

Sunatan Masal Kelompok Usaha Bakrie

(ren)

Ilustrasi HIV/AIDS.

Kelompok Usia 20-24 Tahun, Tempati Jumlah Pengidap HIV/AIDS Terbanyak Kedua di Indonesia

Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2022 mencatat, kelompok usia 20-24 tahun menempati jumlah pengidap HIV/AIDS kedua terbanyak di Indonesia hingga mencapai 16,1 persen

img_title
VIVA.co.id
20 Desember 2024