Cerita Menyentuh Pandji Pragiwaksono soal Penderita Kanker
- VIVA.co.id/M Ali Wafa
VIVA.co.id – Di luar aktivitasnya sebagai penghibur, stand up comedian dan juga presenter Pandji Pragiwaksono tetap menyisihkan waktu dan perhatiannya untuk kegiatan sosial.
Salah satu yang masih aktif dijalaninya adalah menjadi dewan pembina dari Yayasan Pita Kuning, sebuah organisasi yang peduli terhadap penderita kanker anak.
Keterlibatan Pandji dalam yayasan ini berawal dari sebuah peristiwa pada 2006. Kala itu, Pandji masih membawakan sebuah program televisi dan bertemu dengan salah seorang penonton acaranya.
"Dia mahasiswa yang sedang magang di Rumah Sakit Dharmais. Dia bercerita kalau ada satu anak penderita kanker yang sudah tidak lama lagi umurnya ingin bertemu saya sebelum meninggal," ujar Pandji saat temu media di kawasan Menteng, Jakarta, Kamis, 8 Desember 2016.
Pandji pun bersedia memenuhi permintaan anak itu dan berkunjung ke RS Dharmais. Ketika datang, mata Pandji semakin terbuka akan bagaimana menyedihkannya kondisi anak-anak penderita kanker di sana. Terutama anak-anak yang datang dari keluarga tidak mampu.
Ketika bertemu dengan salah seorang dokter, Pandji menemukan fakta bahwa ternyata banyak ibu-ibu ekspatriat yang rutin memberikan bantuan. Benak Pandji terketuk, kenapa harus orang asing yang pertama mengulurkan tangan.
Akhirnya, ia pun berinisiatif untuk menyelipkan cerita anak-anak penderita kanker ini di akhir program yang dibawakannya di saat bulan Ramadan. Singkat cerita, ketika Ramadan berakhir, ternyata banyak dana yang terkumpul untuk disalurkan kepada anak-anak penderita kanker.
"Orang-orang yang mengumpulkan dana ini kemudian memutuskan untuk membuat komunitas yang dinamakan Community for Children With Cancer. Ketuanya kemudian datang ke saya menawarkan untuk menjadi dewan pembina dan dari komunitas ini kemudian berubah menjadi yayasan," kata Pandji.
Akhirnya pada 2007 berdirilah Yayasan Pita Kuning. Melalui yayasan ini, para pengurus di dalamnya terus berkomitmen membantu pasien kanker anak-anak dengan niat mengembalikan kebahagiaan mereka.
"Kami membantu bukan untuk menyelamatkan nyawa. Tapi, kami mau membantu untuk mengangkat beban orangtua, memberikan kebahagiaan pada mereka dan itu yang konsisten kami lakukan sampai hari ini," ujar Pandji.
Menurut Pandji, bantuan tidak harus selalu berupa biaya. Atau, berapa pun yang dimiliki. Masyarakat tetap bisa membantu. Misalnya, hanya dengan uang Rp50 ribu, bisa membelikan anak-anak ini kertas gambar dan krayon.
"Hanya dengan kertas dan krayon itu, anak-anak selama berjam-jam bisa larut dalam kebahagiaan," katanya.