Rendahnya Angka Kemampuan Membaca Anak-anak di Sumba
- Pixabay
VIVA.co.id – Permasalahan membaca pada anak sekolah dasar di daerah terpencil cukup menjadi perhatian serius. Salah satunya di daerah Sumba, salah satu pulau utama di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia.
Sebuah studi menemukan bahwa salah satu permasalahan terkait kemampuan membaca yang dihadapi anak di daerah terpencil yaitu kemampuan para guru. Studi yang berjudul Strategi untuk meningkatkan efektivitas pendidikan dasar di Sumba, NTTÂ tersebut berpusat pada empat kabupaten di Sumba, khususnya sekolah-sekolah yang tertinggal.
"Dari tiga anak, hanya satu yang mampu membaca bahasa indonesia. Rendahnya kemampuan literasi ini diakibatkan karena kemampuan guru yang mengajar, hanya sebatas lulusan SMA," ujar Anggota tim studi, Eko Cahyono, di Kemendikbud RI, Jakarta, Rabu, 7 Desember 2016.
Menurutnya, kemampuan guru yang hanya sebatas sekolah menengah atas (SMA), membuat cara mengajarkan baca dan tulis, menjadi kurang efektif. Tidak hanya itu, anak-anak di Sumba juga cenderung masih memakai bahasa ibu yang membuat kemampuan guru untuk mengajar, harus ditingkatkan.
"50 persen anak masih gunakan bahasa ibu. Contohnya saja, saat guru bertanya dengan bahasa Indonesia, hanya 41 persen siswa yang mampu menjawab," lanjut Eko.
Hal itu turut dibenarkan oleh Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Sumba Tengah, Yohanis Umbu Djangga, dikesempatan yang sama. Sehingga, ia menuturkan salah satu terobosan baru untuk tingkatkan kualitas mengajar para guru.
"KKG atau Kelompok Kerja Guru, yang dimaksudkan agar para guru mau aktif mencari terobosan dalam menangani masalah literasi. Selain itu, diharapkan agar para guru senior mau mengajar pada kelas rendah agar kualitas membaca pada anak, bisa dibentuk sejak dini," kata Yohanis.