Pikiran Negatif Ibu, Pengaruhi Interaksi dengan Buah Hati
- Pixabay
VIVA.co.id – Sebuah penelitian menyebutkan bahwa ibu yang terlalu fokus memikirkan hal-hal negatif dari masalahnya akan mempengaruhi waktu interaksinya dengan buah hati.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di Child Psychology and Psychiatry tersebut menyatakan, merenung, atau yang diartikan secara luas sebagai kekhawatiran yang terus-menerus, lama, dan sering muncul, dapat mempengaruhi interaksi antara ibu dan anak. Tidak peduli seberapa besar kekecewaan yang dirasakan ibu.
Dikutip dari laman Times of India, para peneliti dari University of Exeter melakukan observasi terhadap 79 ibu di mana 39 di antaranya mengalami suasana hati yang buruk dan 40 lainnya berada dalam kelompok yang terkendali, serta beberapa bayi yang berusia antara tiga bulan hingga satu tahun.
Dalam penelitian tersebut, para ibu didorong untuk berpikir negatif secara berulang mengenai masalahnya yang sangat penting bagi mereka. Sedangkan ibu lainnya didorong untuk fokus berpikir tentang masalah yang penting namun sudah bisa mereka selesaikan.
Para peneliti kemudian membuat penilaian tentang interaksi para ibu tersebut dengan buah hati mereka sebelum dan sesudah melakukan perenungan.
Kemudian interaksi ibu-anak itu direkam untuk melihat ekspresi wajah, cara bicara dan bahasa tubuh ibu. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah perilaku mereka terlalu sensitif, terkendali, dan tidak responsif terhadap bayi.
Penelitian tersebut menemukan bahwa merenung dapat menghambat sensitivitas keibuan, tidak peduli seberapa tinggi atau rendah tingkat depresinya, yang diinduksi untuk merenung, menunjukkan adanya penurunan sensitivitas keibuan mereka kepada buah hati.
Para ibu yang diinduksi untuk merenung memiliki sensitivitas terhadap bayinya terus berkurang karena tugas yang membuat stres.
"Kami berharap penemuan ini dapat berguna bagi petugas kesehatan dan bidan yang mengurus ibu baru, untuk membantu memahami kenapa ibu mengalami kesulitan berinteraksi dengan buah hatinya dan memberi dukungan untuk membangun hubungan yang dekat dan responsif dengan bayinya," ujar peneliti utama Dr Michelle Tester-Jones.