Jamur Ajaib Ini Diklaim Bisa Redam Depresi Penderita Kanker
- REUTERS
VIVA.co.id – Pada penderita kanker, umumnya rasa sakit yang dideritanya kerap kali menimbulkan kecemasan dan juga depresi. Hal ini membuat penderita kanker semakin tertekan dan semakin menurunkan tingkat imunitas tubuhnya.
Tapi, sebuah penelitian terbaru, telah berhasil menunjukkan bahwa halusinogen yang ditemukan di "jamur ajaib" dapat mengurangi depresi dan kecemasan yang dirasakan oleh pasien yang menderita kanker terminal atau lanjutan, demikian seperti dilansir Live Science.
Kedua studi menunjukkan bahwa hanya satu dosis psilocybin, senyawa halusinogen yang ditemukan pada spesies jamur tertentu, bisa mengurangi tekanan psikologis pada pasien kanker, dan efek ini segera bisa dirasakan dan tahan lama.
Pasien yang menggunakan psilocybin melaporkan penurunan depresi dan kecemasan mereka hanya satu hari setelah minum obat, dan memiliki efek dalam satu dosis yang berlangsung selama enam bulan ke depan.
"Aku kembali berhubungan dengan keluarga dan anak-anak, dan bertanya-tanya tentang kehidupan," kata Marcy, yang didiagnosis dengan kanker endometrium pada tahun 2010 yang mengancam jiwa.
Dia menceritakan bahwa sebelumnya, hanya bisa duduk di rumah dan tidak bisa bergerak. "Penelitian ini membuat perbedaan besar, dan itu bertahan."
Jika temuan baru ini dikonfirmasi oleh studi lebih lanjut oleh lebih banyak orang, terapi psilocybin mungkin menjadi pilihan baru untuk mengobati pasien kanker dengan depresi dan kecemasan, kata para peneliti. Kondisi kejiwaan mempengaruhi hingga 40 persen kesehatan pasien kanker.
"Sebuah diagnosis kanker yang mengancam jiwa dapat secara psikologis menantang, dengan kecemasan dan depresi sebagai gejala yang sangat umum," kata peneliti Roland Griffiths, profesor biologi dan perilaku di Johns Hopkins University School of Medicine.
Dia melanjutkan orang-orang dengan jenis kecemasan eksistensial sering merasa putus asa dan khawatir tentang makna kehidupan dan apa yang terjadi setelah kematian.
"Temuan baru ini memiliki potensi untuk mengubah perawatan untuk pasien dengan tekanan psikologis terkait kanker," kata peneliti Dr Stephen Ross, seorang psikiater dan direktur layanan penyalahgunaan zat di New York University Langone Medical Center.
Sangat penting untuk dicatat bahwa pasien dalam penelitian ini mengambil psilocybin saat sedang diawasi oleh staf yang terlatih, dan tekanan darah mereka dan suasana hati yang dimonitor selama sesi pengobatan. Para peneliti tidak menyarankan orang mengambil obat di luar pengaturan penelitian.
Obat ini juga dapat memiliki efek samping. Dalam studi tersebut, beberapa peserta mengalami tekanan darah tinggi dan denyut jantung, sakit kepala, mual, muntah, dan kecemasan sementara dan paranoia selama sesi pengobatan. Namun, dalam studi baru, tidak ada efek samping serius yang dikaitkan dengan obat.