Ibu Penderita HIV Masih Bisa Melahirkan Bayi Sehat
- Pixabay/Pexels
VIVA.co.id – Angka penderita HIV di kalangan ibu rumah tangga ternyata cukup tinggi di Indonesia. Menurut Ketua Komite Program Yayasan AIDS Indonesia, dr Sarsanto Wibisono, hal ini disebabkan para ibu sebagian besar tertular dari suami mereka.
Risiko para ibu yang mengidap HIV ini bisa menularkan pada keturunan mereka. Sehingga, dahulu para ibu dengan HIV sempat dilarang untuk memiliki keturunan.
"Saya tidak mau menerima stigma atau mitos kalau HIV itu penyakit kutukan, padahal anak baru lahir apa dosanya. Untuk itu, kalau deteksi ibu hamil kemudian ibu hamil ada HIV, kita punya program menyelamatkan bayi supaya jangan terkena HIV," ujar Sarsanto saat ditemui di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Kamis, 1 Desember.
Dahulu, ibu hamil yang terkena HIV lebih dari 40 persen bisa menularkan kepada anaknya.
Tapi sekarang sudah tidak lagi dan hanya tujuh persen saja menurun dari darah ibu ke anak.
Sarsanto menjelaskan, kebanyakan HIV yang menurun kepada anak adalah karena banyaknya kontak darah ibu dengan mukosa anak, baik dari mata atau daerah lainnya. Jadi, ibu HIV harus diberikan obat ARV sampai dia melahirkan.
Pada waktu melahirkan, prosesnya harus dilakukan secepat mungkin sehingga tidak terjadi kontak dengan darah ibu terlalu lama. Setelah itu, bayi harus langsung dibersihkan dari darah ibu.
"Ibu kemudian boleh menyusuinya. Virus itu masuk ke tubuh bayi kalau ada luka di mulut dan saluran pencernaan," jelas Sarsanto.
Karenanya, ibu yang menyusui eksklusif selama enam bulan dan tidak menggunakan makanan lain, tidak akan terjadi luka. Tapi, ketika anak sudah mulai makan, maka ASI harus dihentikan.