Vaksin HPV Diisukan Bikin Menopause Dini, Ini Kata Kemenkes

Ilustrasi vaksin atau jarum suntik.
Sumber :
  • Pixabay/PhotoLizM

VIVA.co.id – Kanker menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius di Tanah Air. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, penyakit kanker diderita sebanyak 330.000 orang dengan kasus terbesar adalah kanker serviks atau kanker leher rahim.

Terpopuler: Insecure Ukuran Penis, hingga Intensitas Berhubungan Intim yang Ideal Secara Usia

Sementara, data dari Information Centre on HPV and Cervical Cancer Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, bahwa dua dari 10.000 wanita di Indonesia menderita kanker serviks, dan diperkirakan 26 wanita meninggal setiap harinya karena kanker ini.

Perlu diketahui bahwa sebagian besar kasus kanker serviks disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui hubungan seksual, yaitu human papillomavirus (HPV).

Mirip Menopause, Apakah Pria Andropause Masih Bisa Punya Anak? 

Saat ini, program nasional pencegahan kanker serviks yang sudah dilaksanakan dengan deteksi dini menggunakan metode IVA. Pencegahan kanker leher rahim akan semakin efektif jika dibarengi dengan melakukan upaya proteksi spesifik dengan memberikan imunisasi HPV.

Namun, belakangan muncul isu yang meresahkan masyarakat, terutama dalam hal ini wanita, mengenai vaksin HPV. Vaksin ini diisukan mampu menyebabkan kemandulan hingga menopause dini.

Andropasue Bisa Sebabkan Masalah Seksual pada Pria, Dokter Beberkan Tanda-tandanya

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pun angkat bicara menanggapi isu ini. Kemenkes RI mengatakan, bahwa vaksin HPV tidak memiliki kaitan dengan menopause dini.

“Premature Ovarian Failure (POF), sekarang disebut oleh komunitas ilmiah sebagai Primary Ovarian Insufficiency (POI), adalah istilah yang digunakan oleh praktisi medis ketika ovarium seorang wanita berhenti bekerja normal sebelum dia berusia 40 tahun. Hal ini jarang terjadi pada remaja. Sampai saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan adanya hubungan kejadian POF ini dengan penggunaan vaksin HPV,” demikian menurut rilis dari Kemenkes RI yang diterima VIVA.co.id, Minggu, 27 November 2016.

Kemenkes juga menjelaskan bahwa sejak pertama kali mendapat izin edar pada tahun 2006, lebih dari 200 juta dosis vaksin HPV telah dipakai di seluruh dunia. WHO sendiri merekomendasikan agar vaksin HPV masuk dalam program imunisasi nasional.

Global Advisory Committee on Vaccine Safety (GACVS) WHO juga pernah mengumpulkan data post marketing surveilans dari Amerika Serikat, Australia, Jepang dan dari manufaktur. Data dikumpulkan dari tahun 2006, sejak pertama kali vaksin HPV diluncurkan sampai tahun 2014.

Pada tanggal 12 Maret 2014, GACVS menyatakan tidak menemukan isu keamanan yang dapat mengubah rekomendasi vaksinasi HPV.

Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat yang memantau keamanan pascalisensi dari Juni 2006 hingga Maret 2013 menunjukkan tidak ada masalah keamanan vaksin HPV. Atas dasar hasil ini, di Amerika Serikat, vaksin HPV tetap direkomendasikan dan digunakan sebagai vaksinasi rutin.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya