Kondom Alat Proteksi Paling Aman Cegah HIV AIDS
- Reuters/Stringer
VIVA.co.id – Tingginya angka HIV/AIDS di Indonesia, didominasi akibat perilaku seksual yang tidak terproteksi. Hal ini, harus segera dicegah. Apalagi saat ini, masyarakat tidak lagi menganggap informasi seks sebagai suatu yang tabu.
Dalam meningkatkan kesadaran serta perubahan perilaku masyarakat, dimulai dengan upaya memusatkan perhatian yang mengarah pada persepsi risiko diri. Di mana, saat mengetahui dirinya berisiko tinggi terinfeksi HIV, maka harus sigap dalam mencegah hal tersebut terjadi.
"Tingginya penyebaran HIV/AIDS di Papua sebesar 21.474 kasus, karena informasi mengenai hal itu sangat minim, ditambah masyarakatnya menganggap pemakaian kondom identik untuk seks bebas. Padahal kondom itu alat proteksi paling aman untuk cegah penyebarannya," ujar Deputy General Manager PT. DKT International, Pierre Frederick, di JS Luwansa Hotel, Kuningan, Jakarta, Rabu, 23 November 2016.
Tidak hanya Papua tapi pulau Jawa juga turut menyumbangkan angka kasus yang tidak sedikit yakni Jakarta (40.500), Jawa Timur (26.052), Jawa Barat (18.727), dan Jawa Tengah (13.547). Sehingga, stigma masyarakat akan kondom, kata Pierre, harus segera diatasi dengan turut memberikan pendidikan kesehatan seksual bagi kaum muda. Di mana, kondom sebagai alat kontrasepsi bisa menekan angka kasus dan rantai penyebaran HIV/AIDS.
"Kondom itu sebagai proteksi paling aman dalam mencegah infeksi menular seksual, HIV/AIDS dan menjadi alat KB. Faktanya, menggunakan kondom secara konsisten dan benar, Anda dan pasangan akan 10.000 kali lebih terlindungi," tuturnya.
Pierre mengimbau agar kondom, bukan lagi dinilai sebagai alat untuk seks bebas melainkan memberi manfaat yang besar dan luas bagi masyarakatnya agar terhindar dari penyakit infeksi menular secara seksual. Dengan demikian, pemberian informasi mengenai kondom, harus disampaikan oleh para ahli dan secara tepat.
"Info mengenai kondom itu harus akuntabel yakni proteksi diri dari infeksi menular seksual salah satunya HIV/AIDS. Jangan sampai, karena menganggap pembelian kondom adalah hal tabu, menjadi berisiko tertular. Terlebih bagi para pelaku hubungan seksual yang berisiko," kata dia.