Anak Korban Bully Rentan Obesitas, Benarkah?

Ilustrasi remaja
Sumber :
  • Pixabay/ wokandapix

VIVA.co.id – Anak yang pernah di-bully semasa SD dan SMP ternyata memiliki potensi untuk mengalami kelebihan berat badan pada usia 18 tahun.

Mengenal Diet Autofagi yang Disarankan Dokter! Turunkan BB, Cegah Kanker Hingga Jaga Kesehatan Jantung

Penelitian menyebutkan, bahwa anak korban bully di masa sekolah juga memilki potensi dua kali lebih besar untuk alami obesitas pada usia remaja dibanding anak-anak yang tidak mengalaminya.

Sebuah studi yang dipublikasikan di Jurnal Psychosomatic Medicine – seperti yang diteruskan Boldsky –  menganalisa bahwa bullying yang terjadi di dunia maya ternyata  tidak memiliki efek yang sama.

Benarkah Kolesterol Tinggi dan Asam Urat Sebabkan Kanker Pankreas?

Peneliti menganalisis data lebih dari 2000 anak korban bullying di Sekolah Dasar dan SMP. Penelitian tersebut berlangsung lewat sebuah wawancara dengan ibu si anak secara berulang pada usia 7, 10 dan 12 tahun.

Penelitian tersebut menemukan bahwa 28 persen anak yang dibully di sekolah yaitu SD dan SMP (transitory bullying), dan 13 persen anak yang dibully sepanjang usia SD dan SMP (Disebut bullying kronik).

Jam Tidur Terbalik Bisa Picu Penyakit Serius! Begini Cara Kembali ke Pola Tidur Normal

Anak yang mendapat bullying kronik di sekolah akan memiliki 1,7 kali kesempatan mengalami obesitas dibanding remaja yang tidak dibully (perbandingannya 29 dan 20). Anak korban bully akan memiliki Body Mass Indeks (BMI) atau indeks masa tubuh yang tinggi pada usia 18.

Data tersebut terkait dengan faktor lingkungan termasuk status sosial ekonomi, keamanan pangan di rumah, menu makan anak, rendahnya IQ dan mental anak.

Sementara itu, untuk pertamakalinya analisa tersebut menunjukkan bahwa anak yang mengalami bullying kronik akan mengalami kelebihan berat badan sehingga memicu risiko genetika kelebihan berat badan.

"Studi yang kami lakukan menunjukkan bahwa anak korban bully akan mengalami peningkatan berat badan  dan memicu kemungkinan genetika setelah menjadi korban bully," ujar Andrea Danese, peneliti di Universitas King's London.

Ilustrasi bullying.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya