Studi: Obat Anti Inflamasi Mampu Atasi Gejala depresi
VIVA.co.id – Sebuah studi terbaru menemukan bahwa kelompok obat untuk penyakit auto imun, salah satunya obat anti-inflamasi, ternyata mampu menangani kasus depresi. Kaitan antara inflamasi dan depresi, nampak pada cara kerja obat yang memengaruhi kondisi kesehatan jiwa seseorang.
Menurut jurnal Molecular Psychiatry, Obat anti-inflamasi biasanya digunakan untuk mengobati penyakit autoimun seperti psoriasis dan nyeri sendi, juga mampu menurunkan gejala pada depresi. Hal ini, diketahui saat para peneliti mencoba obat tersebut, hasilnya tidak hanya mengobati penyakit autoimun, tapi juga menurunkan gejala depresi.
"Ini menjadi begitu jelas bahwa obat anti-inflamasi memiliki peran pada depresi (kejiwaan) dan sekarang kami menyarankan untuk memungkinkan penggunaan obat ini untuk menangani depresi," ujar psikiater dan penulis studi, dr. Golam Khandaker, dikutip dari laman Huffingtonpost.
Saat mencoba obat tersebut, peneliti fokus untuk menargetkan protein inflamasi di tubuh yang disebut sitokin. Di mana, sistem imun tubuh memproduksi sitokin saat berusaha melawan infeksi.
Pada mereka yang mengidap penyakit autoimun, produksi sitokin menjadi berbeda dan malah merusak sel ditubuh. Sehingga butuh obat anti-inflamasi untuk memproduksi sitokin secara benar dan tepat.
Sitokin sendìri memiliki kaitan dengan depresi, di mana, saat produksi sitokin tubuh mencapai kadar yang berlebih, maka tubuh berpotensi mengidap depresi. Sehingga, dengan obat anti-inflamasi ini, produksi sitokin bisa berada pada kadar normalnya.