Setiap Sekolah Wajib Punya Satu Pengawas Jajanan Siswa
- Pixabay/Public domain pictures
VIVA.co.id – Makanan sehat menjadi poin penting bagi pertumbuhan anak usia sekolah. Namun, sayangnya tidak semua sekolah di Indonesia memiliki kantin yang dapat memenuhi kebutuhan jajanan sehat untuk anak. Terlebih tidak semua anak sekolah memiliki pengetahuan yang cukup tentang gizi.
Menurut Direktur Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Drs. Halim Nababan, MM, perlu adanya program yang tidak hanya dapat mengawasi jajanan anak di dalam sekolah, tapi juga di luar sekolah. Karena, kebanyakan sekolah memiliki jumlah kantin yang tidak mencukupi bahkan menawarkan makanan yang tak sehat. Karena hal ini, seringkali para siswa masih memilih untuk jajan di luar pagar sekolah.
"Yang perlu diawasi juga adalah yang ada di luar, apa yang dikonsumsi anak sebelum atau setelah sekolah itu juga perlu dilihat. BPOM sejak tahun 2011 hingga 2014 sudah menjangkau 23 ribu SD dan madrasah dengan jumlah anak 2 juta melakukan upaya untuk melindungi anak dari makanan tidak aman," kata Halim saat acara pencanangan Gerakan Nusantara di Kemendikbud, Jakarta, Kamis, 6 Oktober.
Karenanya, di tahun 2017 mendatang BPOM akan melakukan kerjasama dengan sejumlah kementerian dan instansi lain untuk mencapai target melatih fasilitator keamanan pangan di sekolah. Saat ini, sudah ada beberapa mahasiswa dari UNJ yang mengikuti program fasilitator pangan ini dan mendapatkan sertifikasi keilmuan pangan yang bisa menjadi pengawas keamanan pangan di sekolah.
"Sekarang dari gubernur sudah mencanangkan agar ada satu orang di sekolah yang memiliki sertifikasi pangan. Tujuannya untuk memberikan koridor khusus mengenai pangan di sekolah," kata Halim.
Saat ini BPOM juga sedang mengembangkan sistem online untuk mendapatkan sertifikasi agar memudahkan siapa saja untuk mendapatkan sertifikasi ini. Harapannya, anak-anak juga bisa memahami keamanan pangan minimal untuk konsumsi dirinya sendiri.