Tumbuh Pendek, Tanda Anak Alami Masalah Kesehatan
- Pixabay/CarolinaP
VIVA.co.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah balita pendek di dunia pada tahun 2012 mencapai 162 juta dan 56 persen di antaranya ada di wilayah Asia. Di Indonesia, prevalensi balita pendek adalah yang tertinggi jika dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013, menunjukkan kalau 37,2 persen balita termasuk kategori pendek dan sangat pendek. Sementara di DKI Jakarta, data menunjukkan terdapat sekitar 27,5 persen balita masuk dalam kategori pendek dan sangat pendek.
Ini tentu menjadi fakta yang memprihatinkan karena, menurut spesialis anak, Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), pertumbuhan tinggi dan berat badan adalah salah satu indikator terpenting untuk menilai kesehatan, status nutrisi, dan latar belakang genetik anak.
"Anak bertubuh pendek berisiko tumbuh dewasa dengan tubuh pendek, selain itu perlu diwaspadai kemungkinan adanya gangguan pada perkembangan otak, kemampuan kognitif, dan kemampuan tubuh lainnya," kata Aman saat peringatan Hari Kesadaran Pertumbuhan Anak Internasional di AP&AP Pediatric Growth and Diabetes Center, Jakarta, Kamis, 15 September 2016.
Namun sayangnya, diagnosis gangguan pertumbuhan ini sering terlambat karena seringnya orangtua dan praktisi kesehatan melewatkan tanda-tanda adanya gangguan pertumbuhan pada anak.
Lambatnya pertumbuhan anak kadang tidak perlu dikhawatirkan, tapi perubahan pola pertumbuhan pada anak bisa jadi menandakan adanya masalah lain, mulai dari malnutrisi hingga gangguan kesehatan serius seperti kekurangan hormon pertumbuhan, penyakit ginjal kronis, bahkan kondisi genetik seperti sindrom Turner.
Itulah mengapa melakukan diagnosis dini dan memulai pengobatan yang tepat sedini mungkin penting dilakukan, sehingga orangtua dapat memberikan anak-anak mereka kesempatan terbaik untuk menjalankan hidup sehat dan normal.